Selama masa menganggur karena tidak bekerja kantoran, saya pun mengajar privat dari rumah ke rumah untuk anak-anak sekolah dasar dan menengah.
Pekerjaan ketiga mengantar saya menjadi pegawai honor sebuah proyek di lingkungan dinas provinsi sekaligus pengajar di lembaga pendidikan
Alih-alih menyelami dunia kerja aparatur sipil negara, saya malah mengambil pekerjaan sela sebagai pengajar di sebuah lembaga pendidikan.Â
Dengan izin dari pimpinan proyek, saya kerja dari jam tujuh pagi hingga satu siang. Pukul dua siang, saya telah siap di lembaga, mencurahkan hobi saya dengan cuap-cuap mengulas materi pelajaran yang saya kuasai bersama anak-anak muda.Â
Gaji yang saya peroleh per tiga bulanan dari honor proyek kantor dinas, lumayan tertutupi dengan gaji bulanan dari mengajar untuk biaya hidup di tempat rantau.
Namun, lagi-lagi, saya harus mengundurkan diri. Bukan karena tak betah atau tak digaji, melainkan ada tawaran menjadi sekretaris di sebuah perusahaan penanaman modal asing di bidang batubara.Â
Berbekal kemampuan berbahasa Inggris dan komunikasi yang baik serta pengalaman kerja yang cukup, saya mencoba melamar.Â
Sehubungan saya juga pernah bekerja di lingkungan pertambangan pada proyek sebelumnya, rekomendasi ini rupanya cukup memberikan dorongan pula untuk diterima di perusahaan tersebut. Inilah pekerjaan keempat dalam pengalaman hidup saya.
Bekerja sebagai sekretaris
Ya, menjadi sekretaris seorang managing director tidaklah mudah, apalagi pimpinan saya tersebut adalah orang asing. Komunikasi formal dan non formal harus dijalani. Begitu juga terhadap para manager dan sesama karyawan dari berbagai divisi.Â
Saya harus belajar dengan cepat perkembangan dan situasi perusahaan. Pimpinan juga memberikan apresiasi setiap tahunnya melalui evaluasi kerja saya dengan memberikan kenaikan gaji dan kesempatan mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan pekerjaan.