Lama merenung dan berpikir, timbul rasa penyesalan pada si Perampok, terdorong keinginan untuk bertobat kepada Allah. Akhirnya, berkat kejujuran si Anak Muda, mengantarkan Ketua Perampok dan anak buahnya bertobat kepada Allah SWT, karena mereka telah sekian lama hidup dalam kebohongan, kekerasan, memdazlimi dan menyakiti orang lain.
Demikianlah, apa yang telah disabdakan oleh Nabi SAW dari hadist di atas, bahwa kejujuran membawa dampak kebajikan yang banyak, menyebar kebaikan kepada orang lain, bukan hanya untuk dirinya sendiri. Dan kebaikan itu mengantar kepada surga. Bukankah kita hidup di dunia, menjauhi hal buruk, tujuannya untuk mendapatkan kebaikan dunia akhirat?
Kalau kita sudah mengharapkan mendapat surga, ingin tinggal selama-lamanya disana, dengan melakukan perbuatan baik di dunia, Allah pasti memberikan pula kehidupan yang baik di dunia. Mari kita perhatikan orang-orang di sekeliling kita yang hidupnya lurus, berlaku jujut, menghindari perbuatan tercela, mereka akan merasakan kenikmatan hidup di dunia, karena jaminan Allah untuknya, yaitu kenikmatan hidups dunia dan akhirat.
***
Orang yang sering melakukan dusta, tergolong kaum munafik, seperti sabda Rasulullah SAW:
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Nabi SAW bersabda: Tanda seorang munafik itu ada tiga: Jika berkata-kata dusta, jika berjanji menyalahi janji, jika diamanahi khianat (HR.Bukhari Muslim Bab Sifat-Sifat Munafik). Dalam riwayat muslim ada tambahan: walaupun ia shalat, puasa, dan mengaku muslim.
Kalau ada orang muslim yang berkata bohong, berarti dalam dirinya ada tanda-tanda kemunafikan. Jika ia melakukan demikian dalam hidupnya, makamia dianggap sebagai pendusta, perbuatannya mengantar pada keburukan. Sebab sekali berbohong, maka akan melahirkan kebohongan berikutnya, menutupi kebohongan sebelumnya.
Sebaliknya, orang yang jujut, derajatnya ada di bawah para Nabi. Â Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang Allah berikan kenikmatan kepada mereka dari kalangan nabi-nabi, para shiddiiqiin (orang-orang yang sangat jujur), orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya". [An-Nisaa/4:69]
Demikianlah, pembaca yang budiman.
Semoga Allah menguatkan diri kita dengan senantiasa berlaku lurus, berkata jujur, terhindar dari perbuatan tercela. Memohon pertolongannya agar senantiasa dalam lindungan dan pengawasan-Nya, sehingga kita terhindar dari perbuatan tercela.Â
Aamiin.
***
Sumber: Rangkuman tausiyah Kitab Risyadusshalihin Bab Jujur bersama KH.Ahmad Kosasih melalui pembelajaran daring.