Assalamu'alaikum wr.wb.
Apa kabarmu, Diary, sayang?
Izinkan aku kembali menorehkan isi hatiku yang beberapa hari terakhir tak berkunjung di lembaran kertas putihmu. Maafkan aku, lama tak bersapa dan berbagi cerita denganmu.
Ry, sengaja kuajak kau sore ini ke beranda belakang rumah, mari kita nikmati sore nan tenang dengan latar suara burung berkicau menyambut senja.
Belakangan hari, hatiku taknyaman oleh keadaan, Ry. Hanya karena terbawa arus lamunan, atas endapan rasa yang belum jua hilang. Dan tetiba, kuteringat nasehat seorang ulama, bagaimana kita musti menjaga hati.
Hati ini hanya sekepal tangan saja.
Cuma segitu, tak lebih.
Ngapain harus sedih, kecewa, dendam, menyimpan amarah. Sayang atuh, mah.
Dah gitu bikin ngrusak badan, ngrusak pikiran.
Udah, mending maafkan saja.
Diary, aku sudah memaafkan segala hal buruk yang pernah terjadi. Berusaha berdamai dengan masa lalu, meski itu takmudah, butuh keberanian dan keikhlasan untuk benar-benar melupakan.
Kalau sudah maafin, minta sama Allah buat bantu ngilangin. 'Ntar lama-lama juga ilang, adem mah hati kita
Setuju, nih, Ry. Jangan beri ruang pada benci, dendam, sakit hati, menjadi penghuni abadi. Enak aja!
Setel ulang dengan gembira, senang, bahagia, damai, bersyukur. Enak, nyaman, tenang. Nikmat! Kamu juga setuju, kan? Ah, kini hatiku menjadi lapang, Diary.
Ya, hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati. Ry. Aku berdoa selalu kepada-Nya agar diberikan kelapangan dan ketenangan dalam menjaga hati, memaafkan pada setiap kejadian yang tak kusukai, yang tidak mengenakkan diri.
Sesungguhnya apa yang kubenci, boleh jadi itulah hal baik menurut pandangan Allah. Dan apa yang kusukai, boleh jadi itulah hal buruk menurut pandangan-Nya.
Kita berhak damai dan bahagia.
Dan aku bahagia, bisa menumpahkan rasa ini kepadamu, Diary.