Tenggelam dalam lamunan, berteman cahaya lilin yang temaram. Dan kenapa musti sosokmu yang datang, terbayang tanpa diminta datang.
Ya, kenapa musti kamu? Bukan dia.
Dia yang telah memenangkan hati, sang Juara yang menunjukkan cinta sejati.
Kenapa musti kamu, yang datang dan datang lagi dalam bayangan semu. Sungguh, kau bagai hantu!
Purnama di luar sana, menyinari alam dengan sempurna.
Terbayang jelas bagaimana dulu kau merayuku dengan seikat bunga di bawah pesona sang Dewi Malam, dengan lantunan puisimu yang menghanyutkan.
Oi, kenapa musti kamu? Bukan dia.
Dia yang telah nyata menggenapkan seluruh cinta yang kuinginkan. Bukan sekadar bujuk rayu yang manis di bibir saja.
Dan dalam pejaman mata, kucoba usir kenangan tentang senyum manismu yang selalu berbisik sayang.
Purnama telah tertutup awan, begitu juga hatiku, telah berbalut cinta sejati dari kekasih abadi.
***
Melupakanmu adalah sebuah keharusan, 27022021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H