Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tak Perlu Sedu Sedan Itu

9 Februari 2021   13:19 Diperbarui: 9 Februari 2021   16:41 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah sepuh itu melayangkan tatapan sendu.
Matanya sayu sarat kesedihan mendalam.
Pancarannya menyiratkan batin yang kembali terguncang pilu.
Meski senyum berusaha dihadirkan, getir terasa menghunjam.

Ini bukan kali pertama, yang seharusnya menjadi pelajaran agar tak terulang kali kedua.
Kiranya godaan setan senantiasa mengintai.
Atas, bawah, kanan, kiri, depan, belakang, makhluk neraka menggempur syahwat manusia.
Pantang menyerah, terus menggerus dengan segala seringai.

Sang Pemuda yang merasa dirinya gagah,
Kembali kelu dan tergugu.
Berharap pintu maaf terbuka -lagi- untuknya, atas sebuah salah.
Menyangsikan kesungguhannya, semua masih mencerna keadaan dengan termangu.

Oi, Ananda, jangan lukai perasaan orang tua.
Saat usia mereka makin senja, harap kedamaian dan kebaikan yang menemaninya hingga tutup usia.
Tak elok bertingkah macam keledai jatuh pada lubang yang sama.
Pelajaran masa silam, pasti ada pengalaman berharga.


Namun, apakah buku diri ini harus selalu hitam pekat?
Apakah dalam sejarah orang mesti jadi pahlawan?
Sedang Tuhan di Atas sana, takpernah menghukum
Dengan sinar mata-Nya yang lebih tajam dari Matahari.
*)


Maka, camkan baik-baik petuah bijak.
Agar hidup takmakin rusak.
Segala ajuan maaf, lakukan dengan segenap taubat.
Memang manusia tempat alpa, namun bukan berarti takbelajar dari kesalahan yang pernah diperbuat.

***

Judul di atas saya cuplik dari bait puisi 'Aku' - Chairil Anwar

*) Lirik Lagu 'Kalian Dengar Keluhanku' - Ebit G.Ade.

Buat yang terpuruk, bangkitlah! Jangan pernah kembali pada kelamnya masa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun