Dalam sebuah kajian online, Aa Gym menyampaikan tausyiah yang sangat menyentuh hati.
Ajakan perenungan bagaimana kita menyikapi adanya sindiran yang kurang enak, cemooh orang yang tidak baik, hinaan yang mampir ditujukan ke kita, komentar pedas yang memerahkan telinga.
Ajakan bagaimana agar hal-hal yang membuat kita tidak nyaman dengan omongan orang lain tersebut, tidak menimbulkan rasa benci terhadap omongan buruk.
Ya, ngapain kita musti sakit hati dan benci dengan hadirnya komentar pedas bertubi-tubi?
Hati mah hanya sebesar kepalan tangan kita saja, jangan sampai merasa sakit hati, cukup senyum dan bersyukur bahwa kita masih hidup dan dikaruniakan banyak kenikmatan, daripada sekedar mikirin omongan buruk.
Siapa yang menciptakan kita? ALLAH
Siapa yang menghidupkan kita? ALLAH
Siapa yang membagikan rizki? ALLAH
Siapa yang menutupi aib dan dosa? Siapa yang memberi pahala? Siapa yang memberikan sakinah? Siapa yang mengangkat derajat? Siapa yang ngasih husnul khatimah? Siapa yang punya surga?
Jawabnya, Allah Subhaanahu Wa Ta'ala.
Kalau semua karunia itu datangnya dari Allah, mengapa kita harus pusing dengan omongan dari mulut orang?Â
Tuhan kita kan bukan dari mulut dia.Â
Tuhan kita juga bukan tulisan dia.
Tidak akan pernah berubah takdir yang Allah berikan kepada kita, walaupun sampai ndower mereka menghina kita. Tidak akan ada yang bisa mencegah, apa yang Allah berikan kepada kita. Siapa sih makhluk? Semua ciptaan Allah yang berada di dalam genggamannya.
Nasehat yang beliau sampaikan sangat menentramkan hati. Ulama kelahiran Bandung ini, memberikan ulasan yang adem. Jikalau ada yang menghina, yuk tambahkan pahala sabar, tambah pelajaran. Perlukah kita membalas orang-orang yang menghina kita? Bukan kita balas, tetapi mereka yg menghina kita menjadi bahan pelajaran buat kita, supaya kita tidak melakukan hal yang sama.
Bagaimana jadinya jika mereka menjelekkan kita, terus kita balas menjelekkan? Kalau dia menghina, terus kita menghina lagi? Dia beberkan aib, terus kita juga beberkan aibnya?
Terus ngapain sekolah tinggi-tinggi, kalau cuma bisa meniru kejelekan orang lain? Mau ngapain berlatih belajar agama, kalau bisanya cuma meniru (yang jelek)?
Pembaca yang budiman, mari kita bermuhasabah, agar kita juga tidak melakukan hal buruk dalam memberikan komentar kepada orang lain. Lidah memang tidak bertulang, jemari bisa saja menyampaikan tulisan dan menyebar kebencian. Namun, alangkah baiknya jika apa-apa dari tubuh kita, digunakan untuk sebaik-baik manfaat agar mendapat ridho-Nya.
Jadi, cara paling ampuh, jangan dibaca komenan jelek, jangan dengarkan omongan jelek. Doakan aja yang baik-baik, tulis aja yang baik-baik. Omongan kita jangan berhenti cuma jadi omongan doang. Tetapi ngomonglah yang baik-baik, karena omongan yang baik menjadi doa. In syaa Allah, dikabulkan oleh ALLAH SWT.
***
Muhasabah pagi, agar cinta dan kebaikan makin tersemat. Semoga bermanfaat.
Artikel telah tayang di nules.co pada akun pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H