Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Degenerasi Retina Perifer dan Pencegahan dari Kebutaan

5 Februari 2021   10:20 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:52 3097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memeriksakan kondisi mata secara berkala (sumber gambar: https://hellosehat.com)

Pembaca, apakah saat ini Anda membaca tulisan saya dengan menggunakan alat bantu baca seperti kacamata atau contact lens? Bersyukurlah apabila kondisi mata Anda masih normal dan tetap terjaga sehat tanpa menggunakan satu atau keduanya. Pada tulisan kali ini, saya ingin berbagi info tentang kesehatan mata sebagai bentuk kepedulian atas organ tubuh yang sangat penting.

Ya, istilah 'mata sebagai jendela dunia' ada benarnya. Ciptaan Allah yang disematkan sebagai indera penglihatan bagi manusia ini, sangatlah penting karena dengannya kita bisa melihat indahnya alam semesta dengan segala warna dan bentuk. Termasuk menikmati samudera ilmu melalui sebuah bacaan.

Saat menulis artikel ini, saya menggunakan alat bantu pandangan dengan menggunakan contact lens. Sudah hampir delapanbelas tahun menjadi pengguna setia. Saya tidak menggunakan kacamata, karena mata minus yang cukup tinggi, sehingga takkuat rasanya menggunakan kacamata dengan lensa tebal. Kepala teras pusing dan berat pada bagian hidung dan telinga.

Pada pertengahan bulan Januari 2021 lalu, saya mengalami infeksi pada mata kiri akibat terlalu lama menggunakan tablet saat menulis. Abai pada kelelahan mata yang saya alami, mengakibatkan mata merah dan linu jika terkena sinar lampu atau sekedar memandang cerahnya langit. Akhirnya saya memeriksakan kondisi tersebut ke dokter spesialis mata. Berdasarkan tiga kali kontrol selama pengobatan dan pemulihan, alhamdulillaah kondisi mata saya berangsur membaik. Pelajaran yang sangat berharga untuk saya.

Nah, Pembaca yang budiman, pada umumnya seseorang akan mengalami perubahan penglihatan pada jarak pandang, baik rabun dekat (hipermetropia) maupun rabun jauh (miopi) pada usia tertentu.
Rabun dekat dan rabun jauh sama-sama membuat mata sulit fokus untuk melihat benda-benda di sekitar. Rabun jauh terjadi ketika cahaya yang masuk justru jatuh di depan retina, sementara rabun dekat disebabkan oleh cahaya yang masuk ke belakang retina.

Menurut dr. Niken Nuringsih Rachmawati, Sp.M , (dokter spesialis mata yang berpraktek di Klinik Spesialis Mata SMEC Cabang Samarinda, Kalimantan Timur), kelainan refraksi pada manusia ada beberapa macam diantaranya myopia (rabun jauh), hipermetropia (rabun dekat), astigmatism (silindris) dan presbiopia (rabun dekat usia lanjut).

Jenis-jenis kelainan refraksi (sumber gambar: http://www.p2ptm.kemkes.go.id
Jenis-jenis kelainan refraksi (sumber gambar: http://www.p2ptm.kemkes.go.id
Myopia biasanya terjadi karena sumbu aksial bola yang panjang sehingga fokus bayangan benda yang kita lihat jatuh di depan retina, untuk koreksinya diperlukan lensa Spheris negatif atau minus. Sebaliknya, hipermetropia biasanya terjadi karena sumbu aksial bola mata yang pendek sehingga fokus bayangan jatuh di belakang retina, untuk koreksinya diperlukan lensa Spheris positif atau plus.

Astigmatism adalah suatu kondisi dimana terdapatnya irregularitas di kornea atau lensa mata, sehingga bayangan yang terbentuk di retina tidak bisa fokus pada satu titik. Untuk koreksinya diperlukan lensa Silinder plus atau minus.

Sedangkan presbiopia atau mata tua adalah gangguan membaca atau melihat dekat yang disebabkan penurunan daya akomodasi lensa akibat usia. Untuk koreksinya diperlukan lensa Spheris plus 1.00-3.00 dioptri.


Dari keempat macam refraksi tersebut, saya mengalami kondisi mata yang dinamakan highmyopia atau myopia berat.


Lebih lanjut menurut penjelasan dr.Niken, pada mata dengan kondisi minus tinggi atau myopia berat biasanya dapat terjadi degenerasi retina perifer atau yang biasanya disebut dengan Lattice degeneration. Hal ini terjadi akibat sumbu aksial bola mata yang panjang akan dapat menyebabkan terjadinya peregangan pada retina dan koroid (lapisan pembuluh darah di mata) sehingga terjadi penurunan sirkulasi darah serta penipisan pada retina terutama retina perifer. 

Mata myopia dengan degenerasi perifer inilah yang berisiko untuk terjadi ablatio retina atau lepasnya retina yang jika tidak tertangani dengan baik. Resiko terburuknya adalah kebutaan permanen.

Pada tahun 2007, jelang beberapa pekan sebelum melahirkan, saya pernah berkonsultasi pada seorang dokter spesialis mata berkaitan apakah saya sebaiknya melahirkan normal atau caesar dengan kondisi mata highmyopia. Pada saat pemeriksaan, yang teringat dari penjelasan dokter mata yang memeriksa saya saat itu, bahwa kondisi syaraf saya adalah mata degeneratif, yang kelak semakin berumur akan semakin kabur pandangannya.

dr. Niken juga menyampaikan bahwa adanya mata myopia atau mata minus biasanya ada hubungannya dengan faktor genetik. Orang tua yang memiliki myopia cenderung memiliki anak yang juga myopia, prevalensinya bisa mencapai 40% jika kedua orang tua myopia, jika hanya salah satu orang tua menderita myopia prevalensinya menurun yaitu sekitar 20-25%. Pada anak-anak, myopia berkembang akibat pertumbuhan sumbu bola mata yang cenderung meningkat seiring pertambahan usia, hingga masa pertumbuhan berhenti barulah kondisi myopia juga akan berkurang progresifitasnya, itu sebabnya perlu pemeriksaan mata berkala minimal 6 bulan sekali atau sesuai dengan petunjuk dokter.

Selain faktor genetik, kondisi lingkungan atau kebiasaan anak juga berpengaruh. Anak-anak yang memiliki kebiasaan membaca atau bermain game/gadget biasanya memiliki kecenderungan untuk terjadi myopia dibanding anak-anak yang tidak, hal ini terjadi karena saat melakukan aktifitas tersebut mata mengalami akomodasi secara terus menerus sehingga meningkatkan kekuatan refraksi lensa.

Bagi yang memiliki kondisi mata dengan degenerasi perifer seperti saya, dokter menyarakan agar dilakukan tindakan Barrage laser.


Barrage laser adalah tindakan laser pada retina mata yang bertujuan untuk mengamankan kondisi retina mata yang mengalami degenerasi sehingga harapannya dapat menurunkan resiko terjadinya ablatio retina. Perlu diingat barrage laser ini sifatnya adalah untuk pencegahan dan bukan untuk mengobati mata minus, sehingga walaupun sudah dilakukan tindakan laser kondisi minus pada mata akan tetap ada.


dr. Niken menjelaskan bahwa Barrage laser ini bukan operasi, hanya tindakan laser ringan dengan pembiusan lokal (mata dibius hanya dengan obat tetes dan pasien tetap sadar). Setelah tindakan, akan diberikan obat tetes untuk mencegah terjadinya radang pasca laser. Sesaat setelah tindakan laser mungkin akan masih terasa kabur dan tidak nyaman karena mata pasien masih dalam kondisi midriasis (pupilnya lebar). Sekitar 3-4 jam kemudian pupil mata akan kembali normal dan pasien dapat langsung beraktifitas seperti biasa, bisa memakai softlens/kacamatanya lagi.

Sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan saran dokter Niken, agar kita rajin cek berkala 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali atau sesuai kondisi mata kita.
Asupan makanan untuk mencegah terjadinya mata minus tidak ada, tapi makanan yang mengandung antioksidan tinggi seperti sayuran hijau atau buah-buahan yang kaya akan vitamin A dan C, serta kandungan Omega 3 dalam ikan salmon bisa membantu menjaga kesehatan mata. Terutama yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga pola hidup sehat seperti asupan makanan dengan gizi seimbang, olahraga rutin, tidak merokok dan minum alkohol, istirahat yang cukup, hindari stress dan batasi penggunaan gadget dalam kegiatan sehari-hari.

Demikian, para pembaca setia kompasiana.
Mohon dimaafkan jua apabila saya terlambat mengunggah tulisan  ini di laman akun sendiri, karena saya berusaha agar kondisi mata keadaan stabil dan nyaman. Berusaha mematuhi anjuran dokter untuk mengistirahatkan mata dan melepas contact lens pada jam-jam tertentu di tengah aktivitas.

Doakan saya, ya. Agar kuat mental untuk melakukan laser. Butuh keberanian besar, nih. Saya masih ngeri-ngeri sedap membayangkan bakal seperti apa tindakan tersebut.
Bismillaah, in syaa Allah dari pertimbangan yang ada, muncul keputusan terbaik. Sekali lagi, doakan saya.

Salam hormat, salam sehat.


***

Terima kasih kepada dr.Niken yang telah berkenan berbagi semangat kepada saya, merespon dengan cepat pertanyaan melalui pesan whatsapp maupun telepon, di tengah menempuh pelatihan dan pendidikan. Barakallaah, ya, Dok. Aamiin. Semoga bermanfaat. In syaa Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun