Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Degenerasi Retina Perifer dan Pencegahan dari Kebutaan

5 Februari 2021   10:20 Diperbarui: 5 Februari 2021   10:52 3097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Lebih lanjut menurut penjelasan dr.Niken, pada mata dengan kondisi minus tinggi atau myopia berat biasanya dapat terjadi degenerasi retina perifer atau yang biasanya disebut dengan Lattice degeneration. Hal ini terjadi akibat sumbu aksial bola mata yang panjang akan dapat menyebabkan terjadinya peregangan pada retina dan koroid (lapisan pembuluh darah di mata) sehingga terjadi penurunan sirkulasi darah serta penipisan pada retina terutama retina perifer. 

Mata myopia dengan degenerasi perifer inilah yang berisiko untuk terjadi ablatio retina atau lepasnya retina yang jika tidak tertangani dengan baik. Resiko terburuknya adalah kebutaan permanen.

Pada tahun 2007, jelang beberapa pekan sebelum melahirkan, saya pernah berkonsultasi pada seorang dokter spesialis mata berkaitan apakah saya sebaiknya melahirkan normal atau caesar dengan kondisi mata highmyopia. Pada saat pemeriksaan, yang teringat dari penjelasan dokter mata yang memeriksa saya saat itu, bahwa kondisi syaraf saya adalah mata degeneratif, yang kelak semakin berumur akan semakin kabur pandangannya.

dr. Niken juga menyampaikan bahwa adanya mata myopia atau mata minus biasanya ada hubungannya dengan faktor genetik. Orang tua yang memiliki myopia cenderung memiliki anak yang juga myopia, prevalensinya bisa mencapai 40% jika kedua orang tua myopia, jika hanya salah satu orang tua menderita myopia prevalensinya menurun yaitu sekitar 20-25%. Pada anak-anak, myopia berkembang akibat pertumbuhan sumbu bola mata yang cenderung meningkat seiring pertambahan usia, hingga masa pertumbuhan berhenti barulah kondisi myopia juga akan berkurang progresifitasnya, itu sebabnya perlu pemeriksaan mata berkala minimal 6 bulan sekali atau sesuai dengan petunjuk dokter.

Selain faktor genetik, kondisi lingkungan atau kebiasaan anak juga berpengaruh. Anak-anak yang memiliki kebiasaan membaca atau bermain game/gadget biasanya memiliki kecenderungan untuk terjadi myopia dibanding anak-anak yang tidak, hal ini terjadi karena saat melakukan aktifitas tersebut mata mengalami akomodasi secara terus menerus sehingga meningkatkan kekuatan refraksi lensa.

Bagi yang memiliki kondisi mata dengan degenerasi perifer seperti saya, dokter menyarakan agar dilakukan tindakan Barrage laser.


Barrage laser adalah tindakan laser pada retina mata yang bertujuan untuk mengamankan kondisi retina mata yang mengalami degenerasi sehingga harapannya dapat menurunkan resiko terjadinya ablatio retina. Perlu diingat barrage laser ini sifatnya adalah untuk pencegahan dan bukan untuk mengobati mata minus, sehingga walaupun sudah dilakukan tindakan laser kondisi minus pada mata akan tetap ada.


dr. Niken menjelaskan bahwa Barrage laser ini bukan operasi, hanya tindakan laser ringan dengan pembiusan lokal (mata dibius hanya dengan obat tetes dan pasien tetap sadar). Setelah tindakan, akan diberikan obat tetes untuk mencegah terjadinya radang pasca laser. Sesaat setelah tindakan laser mungkin akan masih terasa kabur dan tidak nyaman karena mata pasien masih dalam kondisi midriasis (pupilnya lebar). Sekitar 3-4 jam kemudian pupil mata akan kembali normal dan pasien dapat langsung beraktifitas seperti biasa, bisa memakai softlens/kacamatanya lagi.

Sebagai penutup, izinkan saya menyampaikan saran dokter Niken, agar kita rajin cek berkala 6 bulan atau minimal 1 tahun sekali atau sesuai kondisi mata kita.
Asupan makanan untuk mencegah terjadinya mata minus tidak ada, tapi makanan yang mengandung antioksidan tinggi seperti sayuran hijau atau buah-buahan yang kaya akan vitamin A dan C, serta kandungan Omega 3 dalam ikan salmon bisa membantu menjaga kesehatan mata. Terutama yang tidak boleh dilupakan adalah menjaga pola hidup sehat seperti asupan makanan dengan gizi seimbang, olahraga rutin, tidak merokok dan minum alkohol, istirahat yang cukup, hindari stress dan batasi penggunaan gadget dalam kegiatan sehari-hari.

Demikian, para pembaca setia kompasiana.
Mohon dimaafkan jua apabila saya terlambat mengunggah tulisan  ini di laman akun sendiri, karena saya berusaha agar kondisi mata keadaan stabil dan nyaman. Berusaha mematuhi anjuran dokter untuk mengistirahatkan mata dan melepas contact lens pada jam-jam tertentu di tengah aktivitas.

Doakan saya, ya. Agar kuat mental untuk melakukan laser. Butuh keberanian besar, nih. Saya masih ngeri-ngeri sedap membayangkan bakal seperti apa tindakan tersebut.
Bismillaah, in syaa Allah dari pertimbangan yang ada, muncul keputusan terbaik. Sekali lagi, doakan saya.

Salam hormat, salam sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun