Pembaca yang budiman,
Kompasiana mengajak konpasianers untuk menceritakan keistimewaan yang melekat pada provinsi yang menjadi wilayah tempat tinggalnya.Â
Saat ini saya berdomisili di Kalimantan Timur, tepatnya di Kota Samarinda, ibukota provinsi yang berada di wilayah Waktu Indonesia Tengah. Ya, saya merantau dari Pulau Jawa sejak tahun 2000, dan kini telah menetap bersama keluarga kecil di 'Kota Tepian Mahakam'.
Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu Provinsi terluas kedua setelah Papua, memiliki potensi sumberdaya alam melimpah dimana sebagian besar potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.Â
Sumber daya alam dan hasil-hasilnya sebagian besar diekspor keluar negeri, sehingga provinsi ini merupakan penghasil devisa utama bagi negara, khususnya dari sektor pertambangan, kehutanan dan hasil lainnya.
Karena sektor inilah, Kalimantan Timur memiliki daya tarik bagi para pencari kerja sehingga banyak perantau dari luar provinsi yang meniti karirnya disini.
Sebagai warga ibukota provinsi, saya menyaksikan keunikan warga yang masih terus melekat. Berkumpulnya berbagai suku yang ada, menghadirkan keharmonisan penduduk sekitar. Suku Jawa, Sunda, Bugis, Banjar dan Kutai cukup dominan.Â
Segala makanan khas dari mereka tersedia di beberapa warung atau restoran yang membuka usaha di sektor kuliner. Juga pada perhelatan pernikahan atau syukuran keluarga.Â
Takheran, jika bahasa percakapan sehari-hari antarwarga pun bercampur-aduk, sesuai logat dan dialek yang digunakan. Sudah biasa bagi saya mendengar obrolan yang meluncur dari dua orang berbeda suku.Â
Yang satu berujar bahasa banjar, yang satu berbalas dengan bahasa jawa. Sudahlah begitu, masing-masing sama-sama paham saja lah. Hanya saja untuk berbalas ujar dengan bahasa lawan bicara, lidah terasa masih kelu, belum luwes. Yang penting obrolan tetap asyik saja.
Saya belum menjelajah dan berwisata ke seluruh penjuru Kalimantan Timur. Padahal saking luasnya provinsi ini, sangatlah menarik untuk dikunjungi hingga ke sudut kawasan. Izinkan saya berbagi pengalaman ketika mengunjungi tempat wisata yang cukup unik.
1. Desa Budaya Pampang.
Desa Pampang terletak sekitar 17 Km arah Utara dari Terminal Lempake, Samarinda. Kawasan wisata budaya ini merupakan hasil migrasi penduduk Desa Long Lis Apo Kayan Kabupaten Bulungan pada tahun 1973.Â
Daya tarik utama yang dapat disaksikan adalah rumah adat Lamin (artinya rumah), tari-tarian, wanita dayak telinga panjang, upacara adat serta kehidupan sehari- hari Suku Dayak Kenyah secara lebih dekat dimana mayoritas mata pencahariannya bercocok tanam. Jumlah penduduk desa sekitar 750 Jiwa.
Untuk menuju ke Desa Budaya Pampang, kita dapat menggunakan transportasi darat (angkot) Trayek Samarinda -- Sei Siring, sampaikan kepada sopir bahwa anda turun di Pampang, ataupun dapat juga menggunakan ojek atau kendaraan sewa.
Dalam ingatan saya, kurang dari enam kali saya berkunjung ke sana, dalam rangka kunjungan dan urusan kerja saat saya masih berkerja di perusahaan tambang batubara.Â
Juga melakukan pertandingan olahraga persahabatan dengan penduduk sekitar di sana. Foto yang saya tampilkan adalah pose bersama kawan sesama karyawan jelang mengundurkan diri bekerja sebagai sekretaris di sebuah PMA Batubara.
Saya terpesona dengan tarian dan busana yang dikenakan para penari. Dengan penuh manik dan hiasan helai-helai bulu burung besar.Â
Biasanya kegiatan ini digelar saat ada perhelatan atau jamuan tamu di tempat mereka. Tariannya yang awalnya disuguhkan lemah lembut, makin lama gerakannya menjadi dinamis sesuai iringan musik.
2. Bukit Bengkirai
Objek Wisata dengan suasana Hutan Hujan Tropis ( Tropical Rain Forest ) sudah sangat jarang di temui. Di pulau-pulau tertentu bahkan sudah tidak memiliki hutan lagi dan dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk. di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, sebuah obyek wisata Hutan Hujan Tropis yang lebih sering di kenal dengan Bukit Bangkirai memiliki Hutan Hujan tropis yang masih sangat alami.
Dengan luas sekitar 1.500 hektar ini memiliki pemandangan yang tidak biasa, pohon-pohon yang tumbuh di hutan ini kebanyakan adalah pohon Bangkirai yang memiliki ketinggian mencapai 40 hingga 50 meter dan berdiameter 2,3 meter dan sudah hidup lebih dari 150 tahun. Itulah alasan kenapa hutan ini dinamakan dengan Bukit Bangkirai.Â
Di dalam hutan yang juga bisa dijadikan media pendidikan dan bahkan obyek penetian ini juga terdapat banyak terdapat binatang satwa. Bukit Bangkirai ini juga merupakan hutan konservasi yang memiliki tujuan untuk mengembangkan monumen hutan alam tropika basah. Selain itu, yang memiliki keunikan sendiri adalah tumbuhhnya banir (akar papan) yang besar dan kuat menjadikan pohon Bangkirai terlihat indah.
Beberapa foto yang saya tampilkan ini, saat kami mengadakan Teacher and Admin Gathering oleh Lembaga Pendidikan Kursus Bahasa Inggris, tempat saya bekerja di tahun 2010-2013.
Ini baru dua tempat saja yang saya ceritakan.
Masih banyak pesona wisata lainnya di Kalimantan Timur. Pasti pembaca sudah mengenal keelokan pantai dan wisata laut Pulau Derawan di Kabupaten Berau. Pantai Sekerat juga takkalah indah, berada di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Biasanya bagi pelancong yang datang ke Samarinda, selalu menyempatkan diri mampir ke Islamic Center dan sholat di Masjid Baitul Muttaqien bagi para penganutnya.Â
Merupakan masjid terbesar kedua se-Asia Tenggara. Takketinggalan Museum Mulawarman di 'kota raja' Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Nah, siap-siap saja Anda mengunjungi kawasan wisata Provinsi Kalimantan Timur, karena ibukota negara pun diinginkan bakal berpindah ke sini, kan? Bakal makin seru!
Harapan kita semua, keberagaman para warga dengan segala pernak pernik budayanya, tetaplah lestari dalam harmoni. Aamiin.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H