Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Di Mana Mereka Sekarang, Diary?

29 Januari 2021   17:37 Diperbarui: 29 Januari 2021   17:46 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://blognyamitra.wordpress.com

Kadang, aku langsung menuju ke kantor pos dekat kampus, jika sempat, untuk mengirimkan surat itu. Sekalian bila ada urusan mencairkan wesel, kiriman uang dari Ibu. Ah, kenangan yang membuatku tersenyum, Ry. Karena aku kan gak punya rekening bank buat transfer. Jadilah Ibu berkirim biaya menggunakan wesel. Pesan-pesan Ibu di kolom berita, selalu menggugah semangatku agar menjaga diri dengan baik di kota orang.

Diary, satu lagi, kamu masih ingat ini?

Telepon umum (sumber:https://id.m.wikipedia.org)
Telepon umum (sumber:https://id.m.wikipedia.org)

Ya, aku harus siapin koin seratus rupiah atau kartu telepon elektronik, agar bisa ngobrol sejenak, menikmati suara renyah di seberang sana. Seringnya sih buat request lagu ke penyiar radio kesayangan, Ry. Supaya suasana rileks dan romantis menemani saat menyelesaikan tugas-tugas kuliah di kamar asrama.

Kini, entahlah, dimana keberadaan mereka yang dulu mendampingi hari-hariku.

Tak ada lagi teriakan Pak Pos mengantar surat dan wesel. Tergantikan dengan lengkingan para kurir paket. 

Lembar-lembar surat berganti dengan e-mail dan chatting di pesan singkat. 

Dulu antri di telpon umum atau wartel, rela menunggu giliran demi bisa menumpah rasa pada seseorang yang ingin kita jumpai via telepon. Kini gawai di tangan, teknologi memuaskan pengguna dengan mendengar suara dan melihat wajah langsung via video call.

Namun, Diary, aku ingin romantis kita tetap terjaga.

Dalam guliran kata-kata penuh hasrat.

Yang taklekang oleh masa.

Rindukan aku senantiasa, ya, Diary.

Wassalamu'alaikum, sayang.

Esok kala kita berbagi cerita.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun