Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebaik Perbekalan Menyiapkan "Kepulangan"

24 Januari 2021   10:17 Diperbarui: 24 Januari 2021   10:47 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berdoa kepada Sang Pencipta (ilustrasi gambar: seedbed.com)

Banyak orang memikirkan bagaimana bisa hidup dengan baik, tetapi tidak mengingat bagaimana bisa 'berpulang' dengan baik.
Ade Jigo (Teamlo) - yang selamat dari Tsunami Anyer 2018.

Apa yang disampaikan Ade pada sebuah tayangan televisi bertajuk Hikmah, membuat saya tercenung mendengarnya. Tersampaikan sekilas pada si pewawancara, namun merasuk dalam pikiran saya.

Ya, bisa jadi saya adalah satu dari sekian banyak orang yang dikatakan oleh Bang Ade. Memikirkan dan melakukan segala hal dengan baik untuk urusan dunia, yang belum tentu menyertakan bagaimana menyiapkan 'kepulangan' dengan baik, sehingga mencapai husnul khatimah. Saya dan Anda juga takkan bisa mengira-ira, perihal keadaan dan kondisi kita saat ajal tiba. Di mana tempat dan sedang melakukan apa.

Buya Hamka mengingatkan, 

"Lebih banyak orang menghadapi kematian di atas tempat tidur daripada orang yang mati di atas pesawat.
Tetapi kenapa lebih banyak orang yang takut mati ketika menaiki pesawat daripada orang yang takut menaiki tempat tidur.

Lagi-lagi, saya berpikir tentang 'kepulangan'. Ditambah, tadi pagi mendapat kabar, salah satu orangtua siswa, ayah dari teman anak saya, meninggal dunia.

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh." (QS. An-Nisa' : 78).

Sering kita mendengar atau membaca, 'Cukuplah kematian sebagai nasihat.' Petuah bagi kita yang masih hidup, bahwa tiap-tiap makhluk berjiwa niscaya mengalami kematian. Silih berganti ummat dan generasi. Demikianlah ketentuan yang telah digariskan Allah.

Memori kembali terbentang, kala beberapa peristiwa melanda negeri. Lagi dan lagi, serasa tak berkesudahan.
Tsunami Aceh dan Anyer, gempa Palu dan Lombok, Gunung Merapi meletus, banjir bandang, tanah longsor, kecelakaan lalu lintas dan udara, kebakaran dan lain-lain. Ratusan korban jiwa melayang, meninggalkan duka bagi korban dan keluarga. Membangkitkan rasa peduli dan menggugah penggalangan dana untuk meringankan beban mereka.

Saat ini mungkin sebagian kita merasa baik-baik saja, sebagian lain berjuang mempertahankan kesehatannya di masa pandemi. Sebagian lain berjuang menyambung hidup demi diri dan keluarga. Harap kepada Allah perjuangan ini sebagai ibadah agar taksia-sia hanya aktivitas belaka.

Lalu, bagaiman dengan persiapan kita kembali pada-Nya? Sebaik apa kita melakukannya?
Ibarat backpaker yang siap menjelajah tempat terbaik yang akan dikunjunginya, segala rupa ia persiapkan guna perjalanan dan selama berada ditempat tujuan.

Kiranya, nasihat ini juga pengingat diri saya pribadi. Persiapan itu harus senantiasa dilakukan detik demi detik, sebaik menyiapkan perbekalan untuk melanjutkan kehidupan abadi yang sesungguhnya.

Orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan." (HR Ibnu Majah).


Hari ini dunia adalah nyata, 

akhirat hanya cerita. 

Tapi setelah mati, 

dunia hanya cerita, akhirat jadi nyata.

Salam.

***

Ketika rasa kehilangan masih mengendap, 24012021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun