Barang sing katon amba, durung mesthi isine apik. Ugo ojo ngremehake barang cilik. Sopo ngerti malah nggowo manfaat.
bocah sing sregep lan pengabdian kanggo wong tuwane, mesthi bakal oleh ganjaran sing apik saka sapa wae. *)
Nasehat dari Bapak yang terngiang pada kami tentang artinya berbakti kepada orangtua dan berlaku baik dalam keluarga.
Kisah yang menarik hati saya berikutnya adalah Joko Kendhil.
Dongeng unik dari Bapak membuat saya tertawa dengan gaya beliau bertutur, membayangkan adegan per adegan yang beliau sampaikan. Betapa tidak?
Tersebutlah seorang Janda miskin di sebuah desa, memiliki anak laki-laki yang gempal dan pendek, mirip kendhil. "Mangkane di celuk Joko Kendhil."**) Cara berjalannya dengan menggelindingkan tubuhnya, karena berbadan bulat layaknya periuk nasi. "Di celuk mrene, glundung. Di celuk mrono, glundung," ***) Bapak bercerita dengan terkekeh.
Tapi si Janda dan anak lelakinya tidak berkecil hati dengan keadaan. Tetap cuek meski dihina. Bahkan Joko Kendhil adalah anak yang jenaka dan disenangi kawan-kawannya.
Singkat cerita saat usianya dewasa dan tetap bertubuh gempal dan pendek, ia mengajukan diri untuk menikah dengan seorang putri raja. Tentu saja permintaannya membuat heran Ibunya. Namun, beliau mendukung dan mengantarkan anak lelakinya menghadap raja. Ternyata, putri bungsu sang Raja menerima lamaran Joko Kendhil dengan tulus. Dua kakaknya tegas menolak karena mereka hanya mau menikah dengan pangeran tampan atau putra dari kalangan bangsawan. Sang Raja yang tak mengerti keputusan putri bungsunya, akhirnya merestui pernikahan mereka.
Ketika diadakan lomba ketangkasan bersenjata di lingkungan istana, semua hadir menyaksikan acara ini. Kecuali Joko Kendhil yang izin karena sakit dan berdiam diri di kamar.
Seluruh ksatria seantero negeri menampilkan atraksi ketrampilan bersenjata. Hingga muncul Pangeran Tampan nan Gagah dengan kudanya yang perkasa. Kedua kakak putri raja berusaha memikat sang Pangeran, dan mencibir si Bungsu karena tak berhak mendapatkan pangeran ganteng.
Si Putri bungsu menangis dan berlari menuju ke peraduannya. Ia tak menemukan suaminya yang katanya sedang sakit. Hanya seonggok kendhil tak berguna yang dijumpainya. Ia marah dan kecewa, lantas memecahkan kendhil tersebut. Seketika itu juga tiba-tiba di hadapannya muncul seorang ksatria yang sangat tampan dan gagah perkasa persis pangeran berkuda yang mempesona di arena lomba.
Putri Raja terkejut. Ternyata pria tampan itu adalah suaminya. Ia bisa berubah karena takdir dari Dewata. Barangsiapa putri yang mencintai dan menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya dengan ikhlas, maka tubuhnya menjelma menjadi layaknya manusia sempurna.
"Nduk, ojo ngenyek rupane uwong, ojo disawang njobone. ndeleng saka tumindak sing apik lan nyenengake wong akeh. Aja kecewa karo kahanan kita, sing bisa uga ora padha karo umume wong.
Dhuwurke cita-citamu, nyuwun marang Gusti Allah  mujudake gegayuhan lan pandongamu."