Teringat masa kanak-kanak ketika Bapak -- demikian saya memanggil ayah-- memberikan hadiah berupa buku cerita anak bergambar. Karangan dari H.C Andersen dengan sampul yang memikat penuh warna. Gadis Penjual Korek Api, Itik Buruk Rupa, Putri dan Kacang Polong, Thumbelina, itulah beberapa judul yang saya ingat.Â
Tak ketinggalan seperti Cinderella, Peterpan, Gadis Berambut Emas dan Jack dan Kacang Ajaib. Namun, Bapak tak melupakan cerita rakyat yang beliau kisahkan kepada kami jelang tidur. Cerita yang sarat nasehat, turun temurun diwariskan kepada anak cucu.
Setiap malam ketika kami mulai beranjak ke peraduan, saatnya menunggu dongeng yang bakal disampaikan Bapak. Kadang humor ringan yang beliau alami, kadang cerita buatan sendiri. Kami selalu senang menyimaknya. Nah, inilah cerita rakyat yang membekas dalam ingatan saya, ketika Bapak mengalirkan narasi dengan sarat makna.
Bawang Merah dan Bawang Putih.Â
Siapa yang tak kenal cerita tentang kakak yang tidak berkasih sayang dengan adik tirinya. Â Memiliki perbedaan sifat dan watak, tak lantas membuat Bawang Putih iri hati dengan perlakuan Ibu tiri kepadanya. Seluruh pekerjaan rumah ia lakukan tanpa mengeluh. Sebaliknya, Bawang Merah diperlakukan istimewa dan sangat dimanja.
Takdir membawa Bawang Putih kepada kebaikan. Saat ia sedang mencari kain ibunya yang hanyut terbawa arus sungai ketika sedang mencuci, bertemulah dengan Nenek di dalam gua. Ia bersedia memberikan kain ibunya asal gadis itu mau membantunya. Hasil ringan tangan Bawang Putih, membuat si Nenek memberikan hadiah untuknya, buah labu besar dan kecil. Bawang Putih memilih yang kecil karena gadis itu bukanlah gadis yang serakah.
Sesampainya di rumah, Bawang Putih menceritakan seluruh kejadian yang ia alami, meminta permakluman Ibunya karena datang terlambat. Ibunya tetap marah, merebut labu, dan pecah. Ternyata terdapat emas berkilauan di dalamnya.
Berdasarkan cerita Bawang Putih, maka Bawang Merah dan Ibunya melakukan hal serupa agar mendapatkan harta yang lebih banyak. Menghanyutkan kain, pura-pura bertanya pada banyak orang, hingga sampai kepada si Wanita Tua tersebut.
Berbeda dengan Bawang Putih, Bawang Merah menolak permintaan si Nenek untuk membantu membersihkan tempat tinggalnya, malah meminta paksa labu yang besar, berharap lebih mendapatkan kekayaan.
Namun, ternyata ular berbisa yang mereka temukan dan siap mematuk kedua wanita serakah itu.
Bawang Merah lan ibune njaluk ngapura amarga kabeh tumindak kasebut nganti saiki. Bawang Putih ngapura kanthi tulus.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!