Seketika saya menangis sesegukan, tak terbendung. Berkabar dengan sahabat yang lain, memastikan kebenaran berita tersebut.
Terbayang wajah Bunda Ria, temen satu grup pengajian dengan saya. Merasakan kehilangan mendalam atas berpulangnya anak tercinta.
Sesuai unggahan foto diatas, diperoleh kabar bahwa ananda Arin dan Ibunya sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, usai menjenguk neneknya. Berhubung banjir melanda di Jl. Juanda dan Jl. Suryanata, mereka menyeberang jalan mengambil jalan pintas untuk bisa masuk gang yang dekat dengan rumah mereka.Â
Tak disangka, Arin memegang tiang listrik, refleks menjerit, lalu terjatuh ke air. Ibunya yang kaget sempat menahan tubuhnya, merasakan juga adanya kejut listrik tersebut. Warga yang melihat kejadian langsung menolong dan mengantar ke rumah sakit. Qadarullaah, Arin dipanggil keharibaan-Nya.
Arin adalah teman satu sekolah dengan anak saya semasa sekolah dasar. Namun berbeda pilihan ketika melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Almarhumah adalah anak yang baik, anak rumahan. Ayahnya pun baru saja berpulang sekitar setahun lalu.Â
***
Saya merenung. Kadang kita abai dengan berita dan info yang beredar. Disaat musim hujan dan banjir mengancam, harus selalu waspada dengan arus listrik yang mengintai. Tak hanya di dalam rumah, di jalanan pun kita musti peduli dengan keadaan sekitar. Arin yang tersengat dari sentuhan tiang listrik, membuat kita makin tersadar dengan bahaya tersebut.
Selamat jalan, Arin. Tugasmu telah purna di masa remaja. In syaa Allah menjadi cahaya mata hati ayah dan bunda, kakak dan adik, kerabat dan sahabat. Syurga menantimu, Nak. Kami berdoa terbaik untukmu. Allah menyayangimu, Aamiin.
***
Duka di 8 Januari 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H