"Maturnuwun (terima kasih), Mas. Asli, nembe iki aku ngrasak-e perkoro koyo ngene (baru ini saya merasakan perkara seperti begini)." Saya masih sedikit shock.
"Sudah, istirahat aja dulu disini, lagian bentar lagi magrib. Wudhu aja dari sekarang, nanti sholat jamaah bersama, baru pulang ke asrama bareng kita." Saran Mba Kar kepada saya.
Mereka bertiga kemudian keluar. Tinggal saya berdua dan Mba Fin.
"Mba, tadi itu apa ya? Kok bisa ya ada yang masuk ke tubuh?"
Mba Fin tersenyum. Setahu saya, dia juga mempelajari ilmu tenaga dalam, sama seperti kakak kelasku yang barusan 'menyembuhkan' saya.Â
"Dah, gak usah dibahas lagi. Nanti 'dia' kesenengan jadi terkenal, malah balik lagi." Mba Fin tersenyum menggoda.
Saya jadi merinding sendiri.
Tapi siapa mengira, bertahun-tahun kemudian sejak peristiwa itu, saya mengalami yang lebih aneh lagi saat awal-awal merantau di Kota Tepian Mahakam, Samarinda
Nantikan kisah berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H