Di atas level itu, maka orang tua yang baik akan menjelaskan, "Nak, sudah adzan. Allah memanggil kita, menyeru kita menuju kejayaan. Ayo, segera bergerak! Maukah kita menyambut kemenangan?"
Hal ini dilakukan agar anak paham akan makna seruan sholat dan mendirikannya.
Namun, orang tua yang bijak, tidak hanya sebatas memberi tahu dan menjelaskan saja. Lebih dari itu, di level ini orang tua juga meneladankan. Ia bergerak duluan untuk segera mengambil wudhu, mengajak anak bersegera melakukan hal yang sama. Tak cuma menegur ketika anak belum beranjak, tapi memberikan contoh langsung dan mengajak melakukan sholat berjamaah.
Pada level yang lebih atas, orang tua yang cerdas itu bahkan menginspirasi. Kita sebagai orang tua harus pintar memanfaatkan waktu kebersamaan dengan anak, yang mana ada masa atau moment bersama mereka, dimanfaatkan untuk berdiskusi sebagai bagian dari pendidikan kepadanya.
Misalkan, saat ada kabar gempa melanda. Terdengar kabar orang-orang berlarian panik dari sebuah mall untuk menyelamatkan diri. Orang-orang bingung, tiba-tiba tanah bergerak, rumah bergeser. Allah memberikan kekuasan-Nya dengan memberikan tanda-tanda pada alam semesta. Dalam keadaan demikian, mereka berteriak meminta pertolongan dan menyebut-nyebut nama Allah, mengingat Allah.
Ketika kejadian itu viral melalui media, dan anak kita mengetahui berita tersebut dan menyaksikannya, kita bahas untuk memberikan nasehat dan pendidikan tentang peristiwa itu.Â
"Nak, kalau memang beneran ada kejadian gempa, terus kita sedang jalan-jalan di mall seperti mereka, Â penting bagi kita untuk selalu mengingat Allah. Jangan sampai jalan-jalannya nomer satu, sholatnya malah nomer kesekian. Makanya ketika terdengar adzan, bersegeralah melakukannya. Wudhu-nya dijaga, mukena dibawa. Ayo, sholat!
"Kalau sampai beneran kejadian gempa menimpa kita, yanh mestinya waktu sholat tapi masih aja jalan-jalan atau nongkrong, itu kejadiannya pada posisi kita lalai, Nak. Kita bisa su'ul khatimah jika Allah cabut nyawa kita saat seperti itu."
Dari contoh diskusi semacam itu, akan memberikan inspirasi kepada anak dan menjadi bekal pembimbingan bagaimana memaknai setiap kejadian disekitarnya sebagai bentuk pendidikan orang tua kepadanya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala menuntun kita sebagaimana firman-Nya di QS. An-Nisaa ayat 9 :Â
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar."
Demikianlah, kita sebagai orang tua harus senantiasa waspada agar keluarga kita sebagai unit masyarakat terkecil dapat melahirkan generasi yang rajin belajar, semangat bekerja, menegakkan ibadah dan baik serta lurus moralnya. Aamiin.