"Pada saat itu saya sempat ditolak dengan Ustadzah Nurul untuk jadi murid beliau, karena saya masih murid dari ustadzah di perkumpulan bunda-bunda di TK lain, kan. Setelah kami bicarakan baik-baik kepada ustadzah di TK bersangkutan dan diskusi dengan Ustadzah Nurul, akhirnya saya diperbolehkan menjadi murid beliau."
Ya, untuk menjadi murid mengaji, beliau lalui dengan semangat, tekad dan keyakinan. "Penuh perjuangan waktu itu agar bisa belajar dengan Ustadzah Nurul, Bun. Karena beliau kan waktu itu sangat tegas. Ghorib saya prosesnya panjang dan banyak iklannya," jelasnya sambil tersenyum. "Namun, ketegasan dan kedisiplinan beliau mengantarkan saya memperoleh syahadah, kalau tidak salah di tahun 2009."
Sebelum berkeluarga, Ustadzah Nural punya kebiasaan menulis impiannya pada sebuah buku, dream book . "Nulisnya saat masih 'zaman jahiliyah', nih. Saya nantinya pengen punya rumah, kendaraan roda empat untuk keluarga dan jadi muslimah yang baik, menutup aurat. Serta bisa melaksanakan rukun Islam yang ke-5. Dan punya keluarga syakinah mawadah warahmah."
Satu per satu, Allah wujudkan mimpi-mimpi yang dituliskannya, semua berkat wasilah interaksi bersama Al-Qur'an dan doa dari kedua orang tua.
Niat pertama Ibu dari dua anak ini ketika belajar membaca Alquran yang baik dan benar adalah untuk diri pribadi agar bisa mengajar anak. Setelah itu niat tersebut berkembang ingin ilmu tersebut dibagikan untuk anak-anan tetangga di sekitar rumah.Â
Atas saran dari ustadzah pembimbing agar dibuat lembaga maka terbentuklah Taman Pendidikan Qur'an (TPQ) Uswatun Nisa. "Karena kebanyakan muridnya waktu itu perempuan. Sampai sekarang sudah ada 13 anak yang sudah bersyahadah dan 2 orang membantu mengajar di TPQ." Rasa syukur terdengar dari ulasannya.
"Kalau saya kan sukanya mengatur waktu sendiri. Jika mengajar di sekolah jalur formal, harus mengikuti ketentuan dari sekolah tersebut. Niat saya dari awal mengajar hanya berharap dari Allah. Bantu doa ya bunda agar saya tetap istiqomah sampai Allah panggil kembali 'pulang'."Â
Demikianlah tekad beliau mengelola TPQ yang berada di rumahnya, di Jl. AW. Syahranie, Gang Melati No.11, Kecamatan Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur.
Saya pun sebagai murid beliau, masih berusaha menjaga interaksi dengan setoran hafalan Qur'an kepadanya. Semangat beliau menular kepada murid-murid lainnya, bahkan para bunda masih rajin mengaji dan murajaah bersama. Pandemi tak menghalangi kami untuk bersua, tetap dengan protokol kesehatan.
Bismillaah, in syaa Allah perjuangan beliau beserta guru lainnya menghasilkan generasi Qur'ani untuk kemajuan peradaban negeri ini. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H