Salahkah seorang wanita memiliki pendidikan yang tinggi? Menurut saya tidak salah. Bukan karena saya adalah seorang wanita kemudian saya membela kaum saya. Tetapi menurut pandangan saya, pendidikan sangatlah penting untuk siapapun termasuk wanita. Boleh saja wanita memiliki pendidikan yang tinggi, itu hak untuk mereka.
Namun sayangnya paradigma masyarakat yang menganggap bahwa wanita tempatnya di rumah atau lebih tepatnya mengurus dapur itu masih melekat.Â
Paradigma itulah yang terkadang membuat wanita yang memiliki keinginan untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi menjadi dilema, utamanya bagi wanita yang tumbuh di lingkungan yang dalam tanda kutip tidak terlalu menjunjung pendidikan bagi kaum wanita.
Pikiran serta omongan yang mengatakan bahwa "Untuk apa wanita menempuh pendidikan sampai tinggi? Toh akan berakhir mengurus rumah alis menjadi ibu rumah tangga." Sekarang pertanyaannya, salahkah seorang ibu rumah tangga memiliki pendidikan yang tinggi?Â
Menurut saya sangat tidak salah, justru itu akan menguntungkan mereka, dengan berpendidikan yang tinggi ia bisa mendidik anaknya dengan lebih baik.
Ia bisa membimbing anaknya belajar, dan bisa saja ia membantu perekonomian keluarganya dengan membuka usaha kecil-kecilan di rumah atau tanpa harus meninggalkan rumah, bisa saja bekerja secara online atau menjadi penulis blog berbagi tips bagi mereka yang gemar menulis, atau masih banyak lagi kegiatan yang dapat mereka lakukan.Â
Untuk itu tidak ada salahnya seorang ibu rumah tangga memiliki pendidikan yang tinggi, toh ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang mulia, sudah menjadi kodrat bagi wanita kelak setelah ia menikah.
Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah kalau masih ada orang yang melarang wanita untuk memiliki pendidikan yang tinggi, lalu bagaimana dengan kata emansipasi? Apakah kata emansipasi hanya menjadi label semata bagi kemerdekaan seorang wanita?
Bukankah dulu, seorang pahlawan perempuan Indonesia yang dijuluki Pahlawan Emansipasi Wanita yang bernama Ibu R.A. Kartini memperjungkan pendidikan atau hak bagi kaumnya yaitu wanita?Â
Lalu mengapa pola pikir seperti itu masih berkembang dimasyarakat kita? Lalu bagaimana dengan ungkapan "Tuntutlah ilmu hingga ke Negeri China?" Apakah itu tidak berlaku bagi seorang wanita?
Menurut saya, yang membuat mereka berpikir bahwa perempuan tidak wajib berpendidikan tinggi adalah suatu saat mereka akan berkeluarga, mereka harus mengurus rumah, menjadi seorang istri, menjadi seorang ibu.Â
Mereka takut jika seorang wanita yang notabene seorang istri akan mengungguli sang suami. Pendapat saya, kita harus bisa membuktikan bahwa wanita layak memiliki pendidikan yan tinggi dan tidak akan melupakan kodratnya sebagai seorang wanita.
Kalau wanita memiliki cita-cita yang tinggi itu hak mereka, yang terpenting itu tadi, setinggi-tingginya pendidikan mereka, setinggi-tingginya jabatan mereka dalam suatu pekerjaan yang terpenting jangan lupa dengan kodrat dan tugasnya sebagai seorang wanita.Â
Tidak semudah yang dibayangkan ketika seorang wanita harus melakoni dua tugas yaitu menjadi ibu rumah tangga seklaigus wanita karir, saya sendiri belum mengalaminya karena saya juga masih terlalu muda, belum waktunya saya menikah.
Namun, saya belajar dari orang-orang disekitar saya. Ibu saya contohnya, ia harus mengurus rumah sekaligus menjadi wanita karir, walaupun ia hanya seorang lulusan SMK, itu sudah termasuk pendidikan yang lumayan pada zaman itu.Â
Ia mulai bekerja sejak lulus SMK, kemudian menikah, ia bercerita bahwa dulu ingin berkuliah agar bisa menjadi guru, namun dilarang karena ditakutkan ia tidak mampu mengurus rumah tangganya nanti.
Ya, dia bilang kalau itu waktu yang terlambat untuk dia berkuliah karena sudah menikah dan telah memiliki satu anak yaitu kakak saya, dan saat itu kakak saya masih kecil, sedangkan almarhum ayah saya juga bekerjanya sering ke luar kota.Â
Nah, untuk itu, bagi kita seorang wanita tidak ada salahnya memiliki cita-cita yang tinggi, tidak ada salahnya kita menempuh pendidikan yang tinggi, asalkan kita tetap ingat dengan kodrat kita. Sekian opini dari saya, Kata Hati, Kata Batin Yang Tersakiti. Salam Pendidikan Untuk Kemajuan Bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H