Mohon tunggu...
SISKA AMBAR
SISKA AMBAR Mohon Tunggu... Penulis - Jangan menyerah karena lelah dan patah

Aksara adalah teman saat lisan tak mampu menyuarakan rasa yang bergelora. Akun Instagram @siskaambar3

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Sayap-Sayap Kecil

1 Maret 2021   13:54 Diperbarui: 1 Maret 2021   20:23 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Oleh : Siska Ambar

Bukan tentang seberapa besar pengakuan orang akan pencapaianku. Bukan tentang seberapa jauh aku melangkahkan kaki untuk memenuhi tuntutan ego. Bukan pula tentang seberapa lama aku menghabiskan waktu untuk mengejar ambisiku. Tapi ini tentang cara mengeja tiap aksara yang menyusun kata. Tentang merangkai kata menjadi kalimat penuh makna. Dan tentang cara membaca kisah seluruh dunia dalam lembaran-lembaran jendela dunia. Cerita tentang seseorang yang berusaha memberi arti dalam pengembaraannya menjelajahi sudut-sudut indah alam ini.

"Teman-teman, kenapa burung bisa terbang?" tanyaku pada murid-murid pagi ini.

"Karena punya sayap, Bunda," jawab mereka kompak.

Aku tersenyum memandang wajah polos mereka. Tak tampak raut keraguan. Terlihat dengan jelas kalau mereka sangat percaya pada kemampuan diri mereka. Tak sedikit pun bimbang menghiasi pemikiran mereka. Seperti selembar kertas polos yang menerima apa pun coretan yang ditorehkan di atasnya. 

Tak ada ketakutan untuk mengungkapkan perasaan, opini, dan ide. Dan yang paling berkesan bagiku mereka tak akan malu mengakui kesalahan dan dengan besar hati meminta maaf atas kecerobohan atau ketidaktahuan yang dilakukan. Indah dan harmonis di antara itu semua. Membuat diriku belajar tentang cara menghargai tiap insan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

"Kira-kira kalau kita bisa terbang asyik apa tidak, ya?" lanjutku sambil memperhatikan ekspresi tiap murid.

"Asyik sekali, Bunda. Kita bisa lihat pemandangan yang bagus. Bisa terbang ke mana saja," ujar salah satu murid.

"Iya, kita jadi bisa berangkat sekolah lebih cepat. Tidak usah jalan kaki. Haha," balas murid perempuan lain sambil memeragakan gerakan burung terbang yang langsung diikuti oleh sebagian murid lain. Suasana berubah menjadi penuh tawa. Riuh karena setiap murid merentangkan tangannya lebar-lebar seolah sedang tebang di antara awan. Tak ada beban yang menahan senyum mereka. Dan mereka melakukannya dengan tulus dari dalam hati.

"Bunda Mai, ayo ikut terbang," ajak salah satu murid yang langsung disusul oleh murid-murid lain mengerubungiku. Aku pun ikut terbang bersama mereka.

Mai. Maika Nadira namaku. Bukan seseorang yang punya keistimewaan. Bukan seseorang yang luar biasa. Aku hanya seorang gadis desa biasa. Sama seperti anak muda lainnya aku juga ingin memiliki kehidupan yang lebih baik. Tapi yang paling penting aku ingin menjadi seorang perempuan yang bermanfaat. 

Aku hanya seseorang yang beruntung karena bisa belajar dari pengalaman hari yang lalu. Aku kini mengajar di salah satu kelompok bermain di dekat tempat tinggalku. Kami hidup di tengah kerukunan dan kedamaian. Kami saling merangkul saat salah satu di antara kami terluka, dan ikut berbahagia saat salah satu dari kami mendapat kebahagiaan.

Mengisi hari dengan anak-anak yang belum mengenal arti kehidupan. Bergaul bersama calon generasi bangsa ini. Mereka belum tahu apa yang ingin mereka raih. Mereka belum mengerti kalau di luar sana ada banyak perubahan luar biasa yang terjadi setiap waktu. Yang mereka tahu ada kebahagiaan baru di setiap hari yang akan mereka dapatkan bersama teman-teman baru di sekolah. Mereka yakin bisa tersenyum bersama atas pengetahuan mereka hari itu. Dan karenanya mereka selalu datang dengan semangat yang membara.

Aku memandang anak-anakku. Kemarin aku melewati hari di antara tingginya gedung bertingkat, tebalnya kepulan asap, dan ketidakpedulian perasaan pada duka didepan mata. Aku merantau mengejar nilai nominal. Berlari mengejar pundi-pundi harta duniawi. Namun, tak ku dapatkan itu semua. Hanya lelah dan rasa tak puas hati. 

Kini aku pulang dan kuputuskan untuk mengabdi. Aku ingin menjadi bagian dari orang-orang hebat yang tak pernah mengharap pamrih disetiap perjuangannya. Ingin bergabung dalam barisan pejuang masa kini. 

Keputusannya lewat abjad dan angka. Meski hanya di PAUD, aku akan berusaha memberikan yang terbaik. Semampu dan sebisa raga ini aku berusaha belajar. Aku yakin mereka akan mendapatkan ilmu yang luar biasa nanti ketika menuntut ilmu di jenjang yang lebih tinggi. Bisaku begini. Lewat pedidikan anak usia dini.

Aku tahu bangsa ini butuh generasi bangsa yang bisa menuntun menuju kejayaan. Putra-putri yang sanggup mengangkasa dan menerangi seluruh penjuru negeri. Yang mampu menyatukan tiap perbedaan menjadi satu kekuatan utuh. Semua itu dapat terwujud melalui ilmu. Pintu gerbangnya adalah ilmu pengetahuan. 

Lewat goresan impian kecil aku ingin mengenalkan siapa diri mereka. Apa yang mereka miliki. Kemampuan yang bisa mereka kembangkan suatu hari nanti. Akan kukabarkan kekayaan negeri ini. Dan semuanya dimulai dari sekarang. Dari tempatku berada. Di depanku berdiri para generasi bangsa ini. Mereka adalah bagian dari pemuda-pemudi harapan bangsa suatu saat nanti.

Fondasi yang kuat akan membuat bangunan teguh meski banyak hal berusaha meruntuhkannya. Ia tak akan roboh karena telah memiliki dadar yang kuat.

 Fondasi itu adalah pendidikan. Mulai dari huruf dan angka akan kuajari mereka. Kuajak mereka bermimpi setinggi angkasa. Kuajak mereka terbang dengan sayap asa mereka. Kugandeng mereka untuk mengikat hati dalam tujuan yang sama. Kami akan terbang menggapai harapan tuk bangsa yang lebih maju. 

Kelak saat mereka telah terbang gagah dengan sayapnya dan bisa memberikan arti bagi bangsa ini, maka mulai saat itu aku telah berhasil menemukan arti pencarianku. Ada bukti yang bisa kuberi sebagai wujud cintaku. Dan bukti itu tak akan lekang terhapus waktu karena akan terukir sebagai sejarah perjalanan hidupku.

"Bunda, ayo, terbang lebih tinggi lagi," ucap anak-anak.

"Ayo, teman-teman kita terbang tinggi raih cita-cita kita," balasku sambil menggandeng tangan mereka.

Kukepakkan sayapku lebih kencang. Meninggalkan jejak di tiap tempat yang kusinggahi. Dan aku berdoa sebentar lagi bunga-bunga pengetahuan akan mekar memberikan keharuman bagi setiap insan yang menghirupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun