PendahuluanÂ
Tidak ada aktivitas seperti biasa karena semuanya dilakukan dari rumah sejak pandemi Covid-19 mulai merebak. Sebaliknya, pembelajaran di sekolah mulai menerapkan sistem baru yang disebut pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwa kebijakan pendidikan Indonesia akan bergeser. Kebijakan ini tertuang dalam Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020, Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), tanggal 24 Maret 2020, yang mengimbau para guru untuk tetap melaksanakan pembelajaran di kelas secara daring dari rumah. (Pusdiklat Pegawai Kemendikbudan Pendidikan dan Budaya, 2020).
Pembelajaran jarak jauh merupakan suatu metode pembelajaran dimana proses belajarnya  terpisah,  komunikasi  antara guru  dan  siswa  harus  difasilitasi  media elektronik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moore (1973) dalam admin Padamu (2015).  Pembelajaran jarak jauh  ini  dinilai  positif  dalam  membantu berlangsungnya pembelajaran  selama masa  pandemi.  Namun  untuk mengubah kebiasaan   sangatlah sulit,  terlebih  lagi kebiasaan  belajar  mengajar  yang  sudah berlangsung  sekian  lama mengalami perubahan  dengan  tiba tiba  yang  terasa cepat  tanpa  diduga  sebelumnya, inilah yang dialami di saat sekarang.
Tentu saja siswa mau tak mau harus mampu mengubah gaya belajar, begitu pula guru, dimana guru diharap mampu mengubah strategi dan metode belajar, mengubah gaya belajar yang selama ini dilakukan. Selain itu antara guru dan siswa pun tetap harus terjalin komunikasi meskipun terpisah jarak, dan terutama sekali adalah memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Langkah yang dinilai tepat untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan teknologi jaringan dan informasi. Namun secara menyeluruh kita memang belum siap untuk melakukan perubahan gaya pembelajaran daring saat ini. Karena pelaksanaan pembelajaran daring itu sendiri sangat menuntut kesiapan dari pihak penyedia layanan, begitu pula kesiapan guru dan siswa.
Pembelajaran secara daring dilakukan full selama pandemi dimana dalam jangka waktu 2 -- 2.5 tahun. Hal itu membuat siswa sudah terbiasa akan pembelajaran daring yang mana pembelajaran di lakukan dengan menggunakan zoom meeting, google meet, google classroom ataupun hanya di whatsapp saja. Pembelajaran daring banyak dilakukan secara mandiri oleh siswa seperti guru hanya memberikan tugas tugas saja hal itu disebabkan karena masih banyak guru yang belum menguasai teknologi. Menururt Gikas dan Grant (2013) dalam Sadkin dan Hamidah (2020), perangkat mobile seperti smartphone android, laptop, komputer, tablet, dan iphone merupakan sarana penunjang pada pembelajaran daring untuk mengakses informasi kapan saja dan dimana saja. Namun kendala utama yang banyak dijumpai adalah masalah teknis, masalah penggunaan aplikasi yang dipakai hingga masalah kuota dan sinyal, terlebih lagi masalah dari siswa yang terhubung dengan karakter dan gaya belajarnya serta ekonomi keluarga, juga masalah kompetensi guru.
Isi Pembahasan
Perubahan gaya metode belajar yang dialami oleh siswa atau mahasiswa menyebabkan banyaknya dampak negatif. Siswa atau mahasiswa yang seharusnya pergi ke sekolah atau kampus pada saat covid hanya bisa dirumah saja, belajar dirumah hal itu menyebabkan kurangnya motivasi atau minat dalam belajar. Lalu banyaknya siswa atau mahasiswa yang mengeluh karena tugas yang sangat banyak, tidak mengerti materi karena kurangnya motivasi dan tidak mendukungnya lingkungan rumah untuk belajar daraing.
Siswa/siswi dan guru tetap melaksanakan KBM seperti biasanya, hanya saja dilakukan pada ruang ruang terpisah di rumah masing- masing. Sepintas lalu mungkin kita mengira pekerjaan ini gampang untuk dilakukan; dengan cukup punya fasilitasnya seperti HP dan kuota serta jaringan yang mendukung, maka kegiatan ini pasti mudah dan bisa dilakukan.
Sepertinya dugaan itu keliru. Setelah beberapa minggu melakukan KBM menggunakan sistem online, semua masalah dan kendala mulai bermunculan. Di antaranya tidak semua anak sama dalam hal kepemilikan fasilitas seperti HP; banyak di antara para siswa yang hanya memiliki HP, sebutlah HP biasa. Selain itu jika pun ada HP, keterbatasan kuota dan jaringan yang kurang mendukung juga menjadi kendala.
Selain itu bahkan tidak semua siswa hadir ketika KBM tersebut berlangsung, anggaplah disebabkan oleh jaringan yang tidak mendukung dan bisa juga karena siswa merasa bosan dengan sistem belajar yang tidak efektif. Belajar sistem online ini juga susah untuk mengontrol kehadiran anak-anak saat KBM, sehingga yang dapat mengikuti KBM adalah anak anak dengan fasilitas yang baik. Pada akhirnya pembelajaran tidak tersalurkan dengan baik.Â
Salah satu suara tersebut muncul dari kalangan mahasiswa yang ikut terdampak dan harus melakukan kegiatan belajar dari rumah. Instruksi langsung dari pemerintah juga wajib diikutio leh para mahasiswa sebagai bentuk pencegahan penyebaran virus korona. Akhirnya, berbagai alternatif metode pembelajaran seperti pembelajaran secara daring atau online learning pun diterapkan.