Mohon tunggu...
Siska Dayanti
Siska Dayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - seorang mahasiswi

Siska Dayanti - Pendidikan Sosiologi UNJ 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Bullying di Arena Pendidikan, Dominasi Kekuasaan Perspektif Michael W Apple

18 Desember 2022   17:41 Diperbarui: 18 Desember 2022   17:43 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat di sini tidak hanya Berarti kuat dalam ukuran Fisik tapi bisa juga kuat secara mental. Istilah bullying diilhami dari kata Bull (Bahasa Inggris) yang berarti banteng yang suka menanduk. Pihak pelaku bullying biasa disebut bully. Menurut Priyatna (2010) bahwa bullying adalah sebuah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyakiti orang lain. Perilaku ini dapat dilakukan dengan menyerang fisik atau verbal dan mengucilkan korban. Coloroso, (2007) mendefinisikan bullying sebagai suatu hal yang mengerikan dan kejam yang dilakukan oleh seseorang kepada anak atau kelompok anak. Bullying dapat terjadi sekali atau berulang-ulang.

Perilaku bullying yang dilakukan remaja biasanya terjadi di sekolah, tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi juga di rumah, lingkungan bermain dan dimana saja. Perilaku Bullying biasanya antara kakak kelas terhadap adik kelas,atau atasan terhadap bawahan dalam suatu lembaga atau tempat bekerja.Korban bullying biasanya sangat ingin untuk membalaskan dendamnya kepada pelaku tetapi karna tidak memiliki kekuatan maka sangat jarang yang melakukan pembalasan.

Faktor penyebab terjadinya bullying

Faktor penyebab terjadinya bullying dalam Priyatna (2010) adalah:

a. Faktor keluarga

1) Kurangnya kehangatan dan kurang kepedulian orangtua yang rendah kepada anaknya.

2) Pola asuh orangtua yang terlalu permisif sehingga anakpun bebas melakukan tindakan apa pun yang dia mau atau sebaliknya.

3) Pola asuh orangtua yang terlalu keras sehingga anak menjadi akrab dengan suasana yang mengancam.

4) Kurangnya pengawasan dari orangtua.

5) Sikap orangtua yang suka memberi contoh perilaku bullying, baik disengaja ataupun tidak.

6) Pengaruh dar perilaku saudara-saudara kandung di rumah.

b. Faktor pergaulan

1) Suka bergaul dengan anak yang biasa melakukan bullying.

2) Bergaul dengan anak yang suka dngan tindak kekerasan.

3) Anak agresif yang berasal dari stasus social tinggi dapat saja menjadi pelaku bullying demi mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan yang sepergaulannya, atau sebaliknya.

4) Anak yang berasal dari status social yang rendah pun dapat saja menjadi pelaku tindakan buullying dami mendapatkan penghargaan dari kawan-kawan di lingkungannya.


Michael Apple menjelaskan keterkaitan atau relasi antara pengetahuan dan kekuasaan dalam pendidikan. Dimana banyak kita temukan bahwa relasi antara senior dan junior rentan mengalami kasus pembulian, banyak senioritas yang masih terjadi di lingkungan pendidikan. Senior merasa bahwa dirinya berkuasa atas semua. Dalam buku Apple secara kritis membahas praktik ketidaksetaraan keterkaitan antara ekonomi dan etnis maupun ras struktur kelas dan relasi gender di sekolah. Menurut Apple, sekolah tidak hanya mengontrol orang dalam berperilaku tetapi juga sekolah mengontrol makna dari produksi pengetahuan yang tertuang dalam kurikulum. Dalam hal ini Apple menengarai ada praktik rasis yang berlangsung di sekolah. Praktik ini ingin mempertahankan kelompok minoritas tersebut dalam struktur sosial yang rendah dan terus diproduksi. Seperti kasus Nai'm seorang siswa yang mengalami kasus rasis di sekolahnya. Dia mengalami pelecehan rasisme di sekolah dasar sebanyak lima kali dalam satu tahun.


Menurut Koloroso (2007:80). Terdapat empat unsur karakteristik bullying, diantaranya adalah:

a. ketidakseimbangan kekuatan penindasan bisa saja orang yang lebih tua, lebih besar, dan lebih kuat. 

Sejumlah besar anak yang berkumpul bersama-sama untuk menindas dapat menciptakan ketidakseimbangan. Penindasan bukan merupakan perkelahian yang melibatkan dua pihak yang memiliki kekuatan yang seimbang. Seperti yang dikemukakan oleh Apple bahwa ia melihat sekolah memberikan legitimasi budaya pada pengetahuan kelompok tertentu tetapi Apple juga menjelaskan dengan jelas bahwa kelompok dominan tersebut memiliki pengaruh politik dan ekonomi yang lebih besar untuk menanamkan pengaruh kekuasaannya di sekolah. Kekuasaan dan budaya menurut Apple harus dilihat bukan sebagai entitas statis tanpa ada keterkaitan satu dengan lainnya tetapi harus dilihat sebagai atribut dari eksistensi relasi ekonomi politik dalam masyarakat. Ada dua gagasan menurut Apple pertama sekolah dilihat sebagai arena yang terkait dengan berbagai institusi seperti politik ekonomi dan budaya implikasinya sekolah melahirkan ketidaksetaraan oleh karena itu sekolah terus eksis yang terkoneksi dengan institusi lain yang dominan institusi tersebut juga dalam pandangan Apple berkontribusi dalam melahirkan ketidaksetaraan struktural dari akses dan kekuasaan sumber daya lokal.

Kedua praktik ketidaksetaraan dipertahankan dan diproduksi oleh sekolah penjelasan kedua ini dilakukan melalui kegiatan mereka kurikuler pengajaran di kelas melalui media kurikulum dan evaluasi aktivitas sehari-hari. Singkatnya Apple memandang sekolah memainkan peran penting dalam menghasilkan dan melestarikan ketidakadilan tersebut

b. Niat untuk mencederai

Penindasan menyebabkan timbulnya kepedihan emosional atau luka fisik dan bisa keduanya. Pelaku akan merasa senang ketika melihat luka-luka tersebut.

c. Ancaman agresi lebih lanjut

Penindasan tidak dimaksudkan sebagai kejadian yang terjadi hanya sekali. Penindas dan yang tertindas mengetahui bahwa tindakan penindasan itu bisa terjadi berulang-ulang.Ketika tiga unsur diatas terjadi secara terus-menerus tanpa henti dan semakin meningkat, maka unsur ke-empat akan muncul, yaitu:

d. Teror

Ketika teror yang dilancarkan oleh penindas tepat mengenai korbannya, maka teror bukan hanya menjadi cara untuk mencapai tujuan penindas, melainkan teror itu menjadi tujuan penindasan. Sekali teror tercipta, sang penindas dapat bertindak tanpa merasa takut akan adanya pembalasan dari korban (korban tertindas).

Dampak Perilaku Bullying

Orang dewasa yang mengalami bullying ketika anak-anak dapat bermasalah dengan kesehatan mentalnya. Mereka dapat mengalami depresi, gangguan kecemasan, antisocial personality disorder, bahkan yang paling parah adalah bunuh diri. Selain orang dewasa, anak-anak atau remaja yang menjadi korban bullying bisa mengalami Mereka dapat mengalami depresi, gangguan kecemasan, antisocial personality disorder, bahkan yang paling parah adalah bunuh diri. Selain orang dewasa, anak-anak atau remaja yang menjadi korban bullying bisa mengalami: Penurunan harga diri. Kehilangan minat terhadap aktivitas tertentu

Kesimpulan

Perilaku Bullying masih marak di Arena Pendidikan perilaku bullying disebabkan karena banyak hal, salah satunya dominasi kekuasaan. bullying adalah sebuah perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang untuk menyakiti orang lain. Perilaku ini dapat dilakukan dengan menyerang fisik atau verbal dan mengucilkan korban. Perilaku Bullying biasanya antara kakak kelas terhadap adik kelas,atau atasan terhadap bawahan dalam suatu lembaga atau tempat bekerja.Korban bullying biasanya sangat ingin untuk membalaskan dendamnya kepada pelaku tetapi karna tidak memiliki kekuatan maka sangat jarang yang melakukan pembalasan. Dampak perilaku bullying dapat berupa depresi, gangguan kecemasan, antisocial personality disorder, bahkan yang paling parah adalah bunuh diri. Oleh karena itu tindakan bullying tersebut harus diatasi karena banyaknya dampak negatif dari tindakan bullying. Maraknya tindakan bullying salah satunya disebabkan karena adanya dominasi kekuasaan, maka dari itu dominan kekuasaan di arena pendidikan harus dihapuskan.

Daftar Pustaka

Hidayat, R. (2013). Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT Rajagfarindo Persada

Nusantara Aribimo.(2008).Bullying : mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan. Jakarta: Grasindo 

Priyatna, Andri.(2010). Let's end bullying : memahami, mencegah, dan mengatasi bullying. Jakarta : Elex Media Komputindo.

Sari,T,S.(2017).Save our children from school bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012; Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Putri Dwi W.(2018). Studi Deskriptif Perilaku Bullying Di Kalangan Remaja. Universitas Islam Riau

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun