Pada 31 Januari 2025, Nahdlatul Ulama (NU) akan merayakan usia ke-102 tahun. Sebagai salah satu organisasi keagamaan terbesar di Indonesia, NU telah banyak berperan dalam sejarah perjuangan bangsa, menjaga tradisi Islam yang moderat, dan mengedepankan pentingnya harmoni dalam masyarakat.Â
Dalam momentum ini, kita perlu merefleksikan peran perempuan di dalam tubuh NU, serta bagaimana tema "Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat" dapat menjadi seruan bagi seluruh elemen masyarakat, baik pria maupun wanita, untuk berjuang bersama menuju Indonesia yang lebih baik.
Sejarah Singkat NU dan Kontribusinya
NU didirikan pada 31 Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy'ari, dengan tujuan awal untuk membela agama Islam dari berbagai ancaman. Organisasi ini berlandaskan pada ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah yang moderat dan damai, serta menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kebangsaan, dan keberagaman.Â
Sejak awal berdirinya, NU sudah menekankan pentingnya kerjasama antara umat untuk menjaga kestabilan dan kemaslahatan bangsa.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, NU turut berkontribusi besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan mengirimkan para santri dan ulama sebagai pejuang.Â
Namun, di sisi lain, selama bertahun-tahun, NU seringkali diidentikkan dengan budaya patriarki yang menempatkan perempuan dalam posisi marginal.
Peran Perempuan dalam Gerakan NU
Pada kenyataannya, meskipun NU memiliki ribuan anggota perempuan, kontribusi perempuan NU dalam sejarah organisasi ini belum sekuat peran mereka dalam konteks sosial dan politik secara umum.Â
Banyak perempuan NU yang sudah terlibat dalam kegiatan sosial dan dakwah, namun seringkali posisi mereka terpinggirkan atau dipandang sebagai pendamping daripada aktor utama dalam perubahan.