Mohon tunggu...
Siska RimaLuthfiana
Siska RimaLuthfiana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa/Uin Walisongo Semarang

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi 1 Muharram di Desa Bergas Kidul

1 September 2022   14:50 Diperbarui: 1 September 2022   14:59 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1 Muharram menjadi hal yang istimewa ayng terus peringati oleh masyarakat Indonesia. Tak heran jika masyarakat di berbagai daerah di Tanah Air turut merayakannya dengan suka cita melalui tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun. Momen pergantian tahun dalam kalender Islam ini kerap dijadikan waktu untuk memanjatkan doa sekaligus menggelar berbagai tradisi.

Tujuan utama dari gelaran tradisi Tahun Baru Islam 1 Muharram ini adalah sebagai ungkapan rasa syukur. 1 Muharram atau biasa dikenal di Jawa dengan sebutan malam 1 Suro. Malam 1 Suro bertepatan dengan tahun baru Islam ditahun ini 1 Suro jatuh pada hari Jumat 30 Juli 2022. Dalam budaya masyarakat Jawa peringatan malam tahun baru Islam ini dianggap sakral.

Desa Bergas Kidul memiliki berbagai tradisi unik dan menarik untuk memperingati malam tahun baru Islam ini. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan adalah kirab budaya dengan cara mengarak berkeliling atau arak-arakan tumpeng suro gunungan. Tumpeng suro gunungan berisi berbagai hasil bumi seperti aneka buah dan sayur menjadi simbol kesuburan dan kekayaan serta rasa wujud syukur kepada tuhan. Setelah selesai diarak tumpeng tersebut diperebutkan oleh warga dan dimasak oleh warga karena dipercaya bisa menjadi berkah.

Desa Bergas Kidul khususnya di Dusun kebon kliwon memiliki tradisi untuk memperingati malam 1 Suro dengan bancaan dan makan bersama. Kegiatan bancaan dan makan bersama ini dikenal dengan nama Bancaan Suronan. Bancaan Suronan dilaksanakan di seluruh RT yang ada di Desa Bergas Kidul, kegiatan tersebut dilaksanakan setelah sholat Isya. Salah satu acara Bancaan Suronan pun juga dilakukan di perempatan jalan depan pangkalan ojek di Dusun Kebon Kliwon yang berlangsung setelah sholat Asar.

Bancaan Suronan berlangsung di tengah jalan yang dialasi dengan tikar dan daun pisang yang dijejer memanjang untuk tempat makanan yang akan dijadikan ancakan. Bancaan Suronan biasanya dipimpin oleh salah satu pemuka agama yang ada di lingkungan masyarakat Dusun Kebon Kliwon. Bancaan Suronan ini pun turut dihadiri kepala Dusun Kebon Kliwon dan warga sekitar yang ikut mengucapkan rasa syukur. Setiap tahunnya masyarakat sangat antusias untuk ikut merayakan tradisi malam 1 Suro di Desa Bergas Kidul ini.

Dari siang hari masyarakat mulai mempersiapakan Bancaan Suronan ini dengan memasak bersama-sama di salah satu rumah warga. Kudapan khas yang disajikan dalam cara Bancaan Suronan ini meliputi nasi, lauk pauk, ingkung ento. Ento merupakan makanan khas yang wajib disajikan saat pelaksanaan acara sakral Bancaan Suronan di Desa Bergas Kidul. Makanan khas bernama Ento ini terbuat dari parutan kalapa yang dicampur kacang tanah.  

Kegiatan ini dilaksanakan di halaman rumah warga yang luas, perempatan jalan, hingga jalan yang cukup besar. Antusiasme warga yang sangat besar untuk mengikuti tradisi malam Suro ini memerlukan tempat yang luas dan nyaman untuk berkumpul bersama. Setelah seluruh masyarakat berkumpul dan duduk dengan akab lembaran daun pisang ditata berjejer untuk alas makanan. Hal tersebut dilakukan untuk mengeratkan rasa persaudaraan antar warga. Di atas jejeran daun pisang tersebut disuguhi berbagai kudapan yang menggugah selera seperti nasi, lauk pauk, kerupuk, buah, dan dilengkapi dengan bubur suronan yang menjadi ciri khas untuk memperingati malam 1 Suro ini.

Kegiatan Bancaan Suronan dimulai dengan pembacaan doa awal tahun setelah itu dilanjutkan dengan pengajian bersama yang dipimpin oleh tokoh agama masyarakat setempat. Kemudian secara bersama-sama masyarakat menyantap makanan yang telah disajikan. Makan bersama tersebut menunjukkan simbol kerukunan berkeluarga, antusiasme dan bahagia, bersyukur dapat berkumpul dan menikmati hidangan enak, meskipun sederhana.

Setelah kegaiatan bancaan dan makan bersama selesai masyarakat menyambungnya dengan tradisi lek-lekan. Lek-lekan berasal dari kata melek atau begadang dengan cara berkumpul bersama di gang-gang perkampungan warga. Seperti itulah gambaran singkat tradisi malam 1 Suronan di Desa Bergas Kidul khusunya di Dusun Sruwen dan Kebon Kliwon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun