Meyakinkan diri memutuskan untuk menikah dengan orang yang baru aku kenal tetapi memiliki kehidupan ekonomi yang mapan. Makhlum usia masih sangat muda saat itu, yang ada di pikiran untuk rumah tangga bahwa ekonomi memegang peran utama.
Dengan mengucap Bismillah akhirnya menikah dengannya, dengan harapan walau tanpa cinta tidak mengapa karena cinta dapat tumbuh seiring perjalanan bahtera rumah tangga. Intinya niat ibadah dan berbakti kepadanya.
Namun sayang dalam perjalanan rumah tangga terjadi keanehan, pasangan jarang berbicara dan memutuskan semua hal sepihak, aku diposisikan seperti anak dengan smua fasilitas pendukung sebagai anak.Â
Karena merasa aneh dan komunikasi tidak berjalan baik (pernah aku sampaikan ide untuk pindah saja ke  tempat bekerjanya agar tidak terlalu jauh, karena selama ini kita tinggal di Jakarta, sementara tempat bertugasnya di Abu Dhabi), jika mungkin kelelahan karena pola kerja yang berat dan perjalanan pulang dan pergi setiap bulan yang membuat lelah sehingga komunikasi tidak berjalan baik, karena menganggap saat off kerja adalah saat untuk istirahat total sehingga tidak terlalu mendengarkan ide dari kita. Bertahun-tahun terus demikian akhirnya aku putuskan untuk keluar dari hidupnya, karena tidak ada harapan bagiku walau sebagai istri juga menginginkan aktualisasi diri sebagai manusia.
Dengan tekad besar aku beranikan diri untuk menyampaikan niat tersebut yang tentu saja membuat dia shock, karena menurutnya tidak ada masalah selama ini. Dia tidak menyadari bahwa sebagai seorang istri selain butuh perhatian juga penghargaan telah melakukan banyak hal terkait proses rumah tangga, mengurus anak-anak sendiri serta banyak hal jika ia tidak sedang berada di Indonesia. Semua berlalu begitu saja dengan hening dari waktu ke waktu yang jujur saja membuat semakin bingung dan tidak nyaman.
Dengan keputusan tersebut, maka aku siap menjalankan kehidupan secara mandiri tapi tetap  mengurus dan memperhatikan anak-anak yang saat itu masih SMP-SMA. Selain urusan terkait sekolah, mengurus administrasi kependudukan mereka seperti KK, KTP, tabungan, paspor, NPWP dan lain-lain.
Mirisnya karena ia tidak terima aku tinggalkan, ia tidak memberi gono gini dari perpisahan tersebut. Jadilah saya hidup dengan ekstra rencana yang sangat terukur hati-hati untuk segera mengambil peluang baik yang bisa diberdayakan untuk mendukung kehidupan selanjutnya.
Bersyukur banyak teman yang membukakan pintu-pintu rezeki, mendapat beasiswa pendidikan dari lembaga negara karena cukup aktif juga dalam aktivitas politik. Sepanjang tahun hanya dengan itulah saya hidup, sembari selesaikan tanggung jawab pendidikan yang diamanahkan, terus meningkatkan kualitas hidup dari hal yang dilalui akhirnya membentuk karakter kuat, kokoh, tidak merasa rendah jika direndahkan orang lain, terus berbagi kebaikan dan manfaat apapun bentuknya.
Perjalanan yang amat keras namun seru dan saya sangat menikmati. Jika saya tidak keluar dari comfort zone, mungkin saya tdak seperti sekarang dan hanya menjadi orang biasa yang bersantai saja dengan kehidupannya. Rasa lelah yang dirasakan selama ini membuahkan hasil dan kebanggaan terhadap diri sendiri. Banyak warna pendidikan yang dirasakan menambah banyak tahu serta membentuk rasa empaty yang memunculkan sikap percaya diri. Jika ada kesempatan lagi, ingin sekali belajar ilmu hukum.
Mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dari tahun 2004 untuk dapil Jawa Timur 7 DPR-RI, tahun 2009 Caleg dapil Jakarta Timur DPR-RI, tahun 2010 mencalonkan komisioner KPK perempuan pertama yang kemudian diikuti oleh perempuan lainnya dan hingga saat ini selalu ada komisioner KPK perempuan terakomodir, kemudian tahu 2018 mencalonkan sebagai gubernur Sumatera Utara, tahun 2019 maju lagi sebagai caleg DPR-RI untuk dapil Sumut 1.
Semua dilalui dengan senang hati, menikmati semua proses dan adrenalin membuat semakin tahu, hal seperti itu penting untuk saya. Namun saat ini terbaik adalah menikmati keadaan, apalagi dalam situasi covid-19 tidak bisa terlalu aktif untuk melakukan giat outdoor walau ingin. Waktu yang ada digunakan untuk banyak membaca dan menulis agar terus bermanfaat.Â
Bersyukur dan puas sudah sampai titik saat ini, kehidupan cukup baik, kesehatan, relationship semua baik dan semoga semua ini ada manfaatnya bagi kehidupanku, keluargaku dan lingkunganku.
Terus berjuang tidak terasa 10 tahun yang keras sudah berlalu, saat ini melihat perkembangan ke depan seperti apa, namun tetap menerima semua keadaan. Harapan ingin hidup lebih apik dan stabil, memiliki rumah sendiri dan pasangan hidup baru yang mau berbagi dalam suka duka.
Semua yang dilalui sangatlah indah dengan segala lebih dan kurangnya. Pendidikan anak-anak juga cukup baik, mereka akhirnya menamatkan kuliah di Swiss dan Kanada. Saat ini aku hanya menjalani hidup saja, semoga semua berjalan baik dan penuh keberkahan.
Always strong and enjoy...
Jakarta, 16 Agustus 2020.
Dr. SusiLawati M.Han
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H