Tinggal satu hari lagi tersisa waktu dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan tahun ini, setelahnya seluruh umat islam di dunia merayakan hari kemenangan. Situasi di Indonesia dengan negara lain di dunia tidak jauh berbeda situasinya akibat adanya wabah covid-19 yang menyerang kehidupan manusia.Â
Menurut informasi WHO sebesar 5,1 juta manusia terinfeksi virus corona, ini merupakan serangan wabah terbesar di dunia sejak virus influenza pada tahun 1918 menyerag Spanyol dan 40% populasi dunia menderita sakit. Hal ini sangat menakutkan karena kematian yang cukup besar dalam sejarah Indonesia. Banyak kerabat, sahabat, orang populer di negeri ini yang menjadi korban meninggal akibat terinfeksi covid-19, situasi ini mencekam karena belum ditemukan vaksinnya.Â
Keadaan yang mencemaskan dan melelahkan ini sudah cukup lama, sudah hampir tiga bulan lamanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia.
Dengan melakukan upaya-upaya mendasar dalam menghindari virus ini seperti harus berada di rumah saja, tidak melakukan kontak fisik dg orang lain, selalu menggunakan masker, sering mencuci tangan dan menggunakan sanitizer serta menjaga jarak apabila harus bertemu dengan orang lain.Â
Otomatis perilaku ini mengubah gaya hidup masyarakat dunia dan Indonesia khususnya, yang sebelum ada wabah tidak disiplin menjaga kebersihan fisik serta melakukan giat berkumpul dengan jumlah orang banyak.
Namun tanpa dirasakan momen Ramadhan hampir berakhir di ujung Ramadhan ini, sudah sebulan lamanya masyarakat menjalani ibadah puasa dengan situasi serangan wabah covid-19.Â
Dengan kondisi wabah yang belum hilang, dalam situasi yang mencemaskan, masyarakat Indonesia yang beragama islam ternyata mampu menjalankan ibadah puasa dengan lebih tenang, lebih sabar, lebih bertafakur diri untuk merubah keadaan tersebut menjadi suasana yang lebih spritual/fokus ibadah.
Secara tidak langsung sudah memaksa untuk lebih mengenal diri sendiri, dan menyadari bahwa kehidupan duniawi yang dinamis, dibutuhkan kesiapan fisik dan mental yang maksimal kuat dan sehat agar dapat dilalui keadaan tersebut dengan baik serta tidak kalah oleh dinamika itu sendiri, kita sebagai manusia harus menjadi pengendali keadaan, bukan sebaliknya.Â
Kondisi wabah dan momen ramadhan menjadi dua hal sebagai sumber kekuatan umat islam pada Ramadhan kali ini.
Umumnya orang selalu berorientasi pada hal di luar dirinya (materi/duniawi), namun saat ini kondisi yang ada mengajarkan untuk hidup lebih bertanggung jawab kepada diri sendiri.
Menyongsong idul fitri 1 Syawal 1441 H, jadikan sebagai titik balik untuk menjadi pribadi yang lebih bertawaqal, berserah diri dn bersyukur kepada sang pencipta hidup, dengan segala anugerah yang dititipkan kepada manusia agar dapat menjaganya dengan lebih baik (pikiran, hati dan jiwa), dan kehidupan manusia menjadi lebih diwarnai keharmonian, kebahagiaan untuk terus saling menguatkan di antara sesama manusia itu sendiri di muka bumi.
Partai Demokrat terus berjuang dan mengupayakan agar lingkungan sosial berbangsa mengalami perbaikan kualitas perilaku dan komitmen Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi lebih mencintai diri sendiri, keluarga, lingkungan, dengan demikian mudah mewujudkan kehendak bersama yaitu aman, damai, nyaman, solid, sejahtera dalam kehidupan berbangsa.
Sebagai keluarga besar DPP partai Demokrat, Departemen Luar Negeri dan Keamanan Nasional, kami mengucapakan *Minal Aidin Walfaidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin* bagi seluruh umat islam di Indonesia. Spirit idul fitri jadikan sebagai langkah awal untuk terus up grade diri, menyempurnakan akhlak untuk menjadi pribadi yang lebih bahagia serta situasi buruk yang dihadapi sekarang segera berakhir dan mulai buka lembaran hidup dengan hati dan jiwa yang baru dan bersih.
Jakarta, 23 Mei 2020.
Dr. SusiLawati M.Han.
WaKaDep. LuKamNas DPP PD.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H