Mohon tunggu...
Sisilia Yunita Ingutali
Sisilia Yunita Ingutali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

NIM : 55522110010 Mata Kuliah : Pajak Internasional Dosen : Prof.Dr, Apollo, M.Si.Ak Magister Akuntansi - Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mekanisme Perpajakan Pekerjaan Tetap dan Tidak Tetap

7 November 2023   19:44 Diperbarui: 7 November 2023   19:45 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

A. Pekerjaan Tetap

Pekerja tetap adalah pekerja yang bekerja pada perusahaan/usaha yang menerima upah/gaji secara tetap, tidak tergantung pada presensi/ kehadiran pekerja tersebut. Contoh dari pekerjaan tetap yaitu karyawan yang menerima penghasilan tetap.

Perhitungan Pajak Pegawai Tetap :

Karyawan tetap adalah karyawan yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur atau pegawai yang berstatus kontrak dalam jangka waktu yang telah ditentukan, yang menerima penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur.

Tarif pajak penghasilan merupakan tarif progresif, di mana besaran tarif mengikuti besaran penghasilan. Seperti disebut di awal, tarif pajak penghasilan 2022 adalah tarif UU HPP.

Dokpri
Dokpri

Contoh :

Alma adalah karyawati pada perusahaan PT. ABC dengan status menikah dan mempunyai tiga anak. Suami Alma merupakan pegawai di perusahaan PT BCD. Alma menerima gaji Rp 7.000.000 per bulan. PT. ABC mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan membayarkan iuran pensiun dari BPJS Ketenagakerjaan sebesar 1% dari perhitungan gaji, yakni senilai Rp 70.000 per bulan. Di samping itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua (JHT) karyawannya setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji, sedangkan Alma membayar iuran (JHT) setiap bulan sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JK) dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 0,24% dan 0,3% dari gaji. Pada bulan Mei 2020, di samping menerima pembayaran gaji, Alma juga menerima uang lembur (overtime) senilai Rp 2.000.000.

Gaji Pokok                                                                                          7.000.000

(i) Tunjangan Lainnya (jika ada)                                             2.000.000

(ii) JKK 0,24%                                                                                  16.800

JK 0,3%                                                                                               21.000

Penghasilan Bruto                                                                         9.037.800

Pengurangan:                      

(iii) Biaya jabatan 5% x 9.037.800                                        451.890          

Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), 2% dari gaji pokok       140.000

(iv) Jaminan Pensiun (JP), 1% dari gaji pokok                 70.000 

                                                                                                             (661.890)

Penghasilan neto (bersih) sebulan                                       8.375.910

(v) Penghasilan neto setahun 12 x 8.375.910                    100.510.920

(vi) PTKP                                                                                         (54.000.000) 

 Penghasilan Kena Pajak Setahun                                          46.510.920

(vii) Pembulatan ke bawah                                                       46.510.000

PPh Terutang 5% x 46.510.920                                               2.325.500      

PPh Pasal 21 Bulan Mei = 2.325.500/12                                93.792

Ilustrasi di atas berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Sementara, bagi wajib pajak yang tidak memiliki NPWP, akan dikalikan 120%, sehingga PPh Pasal 21 Bulan Mei menjadi Rp 193.792 x 120% = Rp 232.550

B. Pekerjaan Tidak Tetap

Pekerjaan tidak tetap adalah pekerjaan yang pekerjanya (disebut sebagai precarious employee) tidak memiliki hubungan kerja yang tetap ataupun kontrak kerja yang permanen dan biasanya bekerja dengan periode kontrak yang pendek. Contoh dari pekerjaan tetap yaitu pegawai tidak tetap dan bukan pegawai. Berikut ada alur perhitungan pajaknya :

Dokpri
Dokpri

Perhitungan Pajak Pekerjaan Tidak Tetap:

1. Karyawan Tidak Tetap

Pegawai tidak tetap tidak berkesinambungan adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetap/tenaga kerja lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari Pemotong PPh 21 dan/atau PPh 26 sebagai imbalan jasa yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan.

Berikut ini adalah cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pegawai tidak tetap yang menerima penghasilan tidak berkesinambungan:

Arzi adalah pegawai tenaga lepas untuk desain grafis di PT. CDE dengan penghasilan Rp 8.000.000.

Besarnya PPh 21 yang terutang adalah:

5% x 50% x Rp 8.000.000,00 = Rp 200.000.

Bila Arzi tidak memiliki NPWP maka besarnya PPh Pasal 21 yang terutang adalah:

120% x 5% x 50% x Rp 8.000.000,00 = Rp 240.000.

Penjelasan:

Karena Arzi bukan pegawai tetap di PT. CDE, maka PKP yang dikenakan sebesar 50% dari jumlah penghasilan bruto.

Hal ini sesuai dengan peraturan PER-32/PJ/2015 Pasal 3 huruf c. Sedangkan tarif PPh Pasal 21 untuk penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000 adalah 5%.

2. Bukan pegawai berkesinambungan

PPh 21 berkesinambungan berarti imbalan yang diberikan kepada bukan pegawai dibayar lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender pajak atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan. Sebagai contoh, kamu adalah pembicara (bukan pegawai) yang sering diundang suatu perusahaan untuk menyampaikan materi kepada pegawainya. Dalam satu kali tahun pajak, kamu diundang sebanyak lima kali. Perhitungan pajak untuk penghasilan yang kamu terima dari perusahaan terkait dikenakan PPh 21 berkesinambungan dengan menjumlahkan seluruh penghasilan yang diterima.

Tarif yang dikenakan untuk PPh 21 berkesinambungan ini adalah tarif pasal 17 (5%) dikalikan dengan 50% dari penghasilan bruto yang telah dikurangi oleh PTKP selama satu bulan. Tarif ini dikenakan apabila bukan pegawai hanya bekerja dibawah 1 pemberi kerja.

Apabila bukan pegawai memiliki lebih dari satu pemberi kerja maka tarif yang berlaku adalah tarif pasal 17 (5%) dikalikan dengan 50% dari penghasilan bruto. Sehingga, perhitungan pajaknya tidak dikurangi PTKP.

Contoh :

Riko merupakan seorang aktuaris. Di tahun 2022, Riko dikontrak oleh PT ABC yang merupakan perusahaan asuransi. Selama tahun 2022 ia menerima penghasilan sebanyak tiga kali dengan jumlah masing-masing Rp50.000.000. Berikut merupakan penghitungan PPh Pasal 21 bagi Riko.

Dokpri
Dokpri

Perhitungan PPh Pasal 21 Bukan Pegawai yang Menerima Penghasilan Berkesinambungan Dalam contoh di atas, Riko tergolong sebagai Bukan Pegawai. Ia menerima penghasilan secara berkesinambungan, sehingga tarif PPh yang berlaku ditentukan berdasarkan penghasilan kumulatif. Pada bulan Januari dan Maret, penghasilan Riko masih di bawah Rp60.000.000. Maka, pada bulan tersebut penghasilannya dikenakan tarif 5%. Pada bulan Agustus, penghasilan Riko secara kumulatif telah melewati Rp60.000.000. Bagian penghasilan yang telah melebihi batasan tersebut dikenakan tarif 15%.

3. Bukan Pegawai tidak berkesinambungan

PPh 21 tidak berkesinambungan berarti imbalan yang diberikan kepada bukan pegawai dibayar hanya satu kali dalam satu tahun kalender pajak atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

Tarif yang dikenakan untuk PPh 21 tidak berkesinambungan ini adalah tarif pasal 17 (5%) dikalikan 50% dari penghasilan bruto total. Namun, apabila bukan pegawai tidak memiliki NPWP, ia akan dikenakan tambahan 120% dari perhitungan PPh 21 yang dikenakan.

Contoh :

Sandi Abdullah (ber-NPWP) melakukan jasa perawatan AC kepada PT OB dengan imbalan Rp10.000.000,00. Sandi Abdullah mempergunakan tenaga 5 orang pekerja dengan membayarkan upah harian masing-masing sebesar Rp180.000,00. Upah harian yang dibayarkan untuk 5 orang selama melakukan pekerjaan sebesar Rp4.500.000,00. Selain itu, Sandi Abdullah membeli spare part AC yang dipakai untuk perawatan AC sebesar Rp1.000.000,00.

Dalam hal berdasarkan perjanjian serta dokumen yang diberikan Sandi Abdullah, dapat diketahui bagian imbalan bruto yang merupakan upah yang harus dibayarkan kepada pekerja harian yang dipekerjakan oleh Sandi Abdullah dan biaya untuk membeli spare part AC, maka jumlah imbalan bruto sebagai dasar perhitungan PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh PT OB atas imbalan yang diberikan kepada Sandi Abdullah adalah sebesar imbalan bruto dikurangi bagian upah tenaga kerja harian yang dipekerjakan Sandi Abdullah dan biaya spare part AC, sebagaimana dalam contoh adalah sebesar:

Rp10.000.000,00 -- Rp4.500.000,00 -- Rp1.000.000,00 = Rp4.500.000,00

PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT OB atas penghasilan yang diterima Arip Nugraha adalah sebesar:

 5% x (50% x Rp4.500.000,00) = Rp112.500,00

Dalam hal PT OB tidak memperoleh informasi berdasarkan perjanjian yang dilakukan atau dokumen yang diberikan oleh Sandi Abdullah mengenai upah yang harus dikeluarkan Sandi Abdullah atau pembelian material/bahan, PPh Pasal 21 yang harus dipotong PT OB adalah jumlah sebesar:

5% x (50% x Rp10.000.000,00) = Rp250.000,00

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun