Mohon tunggu...
Ani Fauziah
Ani Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - teacher and writer

jazz lover

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hanya Sementara

20 Juni 2024   17:53 Diperbarui: 20 Juni 2024   18:02 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hatiku sedang bingung, apakah lanjut atau menjauh. Ini masalah yang sering yang tak asing terjadi dalam kisah asmara. Saat kedua pihak terlihat nyaman dan tumbuh cinta tapi tak kunjung ada kepastian. Hal ini juga sudah pernah terjadi sebelumnya yang berbeda dalam dua cerita dan bersatu untuk ceritaku saat ini. Bila aku bertanya kepada orang sekitar tentu jawabannya lebih baik melepaskannya.

Kalian pasti tahu tidak semudah itu begitu saja melepaskan seseorang yang sudah dalam ada di hati. Apalagi sudah enam tahun aku tidak pernah merasakan asmara dan sempat lupa rasanya jatuh cinta. Sejauh ini belum pernah ada lagi yang berhasil membuka hati. Dan Saat ini dia hebat dengan waktu satu bulan sudah membuat aku melayang memikirkannya.

Berawal dari berkenalan di media sosial bahkan kita belum pernah bertemu, dia berhasil membuatku bodoh mengembangkan harapan indah bersamanya. Saat itu aku sedang jalan-jalan dengan sahabatku, Rara. Seharian kita bersama banyak membuat video dan foto untuk bahan konten akun media sosial kami.

"Anisa, temenku ada yang bales statusku nih." Kata Rara sambil menunjukkan handphone nya. "Kenalin dong." Isi pesan tersebut

"Nggak usah ah." Jawabku yang tiba-tiba menjadi kesal

"Nisa, kamu tuh udah 25 tahun, waktunya buka hati lagi. Aku udah punya cowok loh dan kita udah rencanain buat nikah. Kalau aku udah nikah nanti, siapa yang nemenin kamu maen lagi?"" Nasehat dari Rara.

Dan benar setelah seharian bermain bersama Rara, terdapat pemberitahuan pengikut baru di media sosial. Sudah kutebak ini adalah teman Rara yang tadi membalas statusnya. Tak lama kemudian dia juga membalas statusku.

"Yang sebelah Rara imut banget sih."

Aku bingung karena sedikit terganggung dengan pesannya, tapi bila tidak kubalas pastinya Rara akan kesal kepadaku.

"Iya."

"Berarti kamu awet muda. Oh iya kenalin, aku teman kuliahnya Rara."

"Aku teman SMA nya Rara."

"Kalau nama akun kamu nisa, berarti nama aslinya juga Nisa kan?"

"Iya. Begitu pun kamu ya."

"Iya, aku bukan penjahat. Jangan cuek ama aku ya Nisa."

Pesan itu membuatku tertawa, karena dia pandai menghadapi kekesalanku dengan cara lelucon. Di malam itulah sedikit-sedikit aku mengenalnya walau masih dengan balasan singkat dan kuakhiri karena aku sudah mengantuk.

Esok paginya pemberitahuan muncul kembali.

"Selamat pagi."

Pesan itu terkesan biasa dan kubalas dengan singkat. Hanya saja dia pandai mencairkan suasana dan membuat hariku banyak tertawa dengan lelucon balasan pesannya. Aku bukan jatuh cinta tapi karena dia lucu saja. Dan tanpa kusadari komunikasi hari ini berlanjut sampai malam hari.

Kemudian setiap hari pesan darinya tak pernah berhenti. Lelucon yang selalu dia selipkan dapat mengubahku untuk membalas pesan menjadi ramah. Hingga pesan kami berlanjut pada bertukar nomor pribadi.

"Selama ini kamu nggak pernah panggil namaku, apa kamu nggak tau?" Tanyanya dengan bahasa leluconnya.

"Anton kan?" Jawabku dengan meyakinkan.

"Iya, sekali-kali gapapa loh namaku dipanggil hehehe."

Sebelumnya aku heran mengapa aku mudah memberi nomorku. Sempat bertanya pada diri sendiri dan kutegaskan aku tidak jatuh cinta, namun aku nyaman berteman dengannya. Pesan kami berpindah lewat pesan nomor telepon dan tidak terasa hingga larut malam. Taukah kalian sejak itu, setiap hari kami saling berkabar hingga larut malam dan membuatku merasakan indahnya hidup ini. Segala cerita kisah hidup, pendidikan, keluarga, asmara, dan lain-lain sudah kami bagikan dengan cukup detail. Dua cerita asmara yang pedihku yang sebelumnya kusebutkan, juga sudah diketahui Anton.

Suatu hari Anton sedang tidak bekerja dan dia mengajak untuk bertemu. Aku sangat senang sekali walaupun ini ajakan dadakan tapi sulit sekali untuk didapatkan. Sebenarnya Anton sudah ingin menemuiku tapi jarak rumah kami yang sangat jauh dan hari senggang kita yang selalu berbeda.

Aku sangat senang sekali dan bingung memilih baju. Saat istirahat untuk mempersiapkan diri bertemu Anton. Aku menemukan media sosialnya yang lain dan masih banyak konten dengan perempuan. Bahkan akun tersebut masih aktif, seketika aku langsung menangis. Aku heran mengapa rasanya sangat sakit yang mendalam padahal kita belum lama kenal. Dengan inisiatifku aku langsung mengikuti akun tersebut dan siap-siap bertemu Anton.

Saat tiba di cafe aku dahulu memilih tempat duduk karena Anton izin untuk ke kamar mandi. Setelah itu dia duduk di sampingku dan memesan makanan.

"Anisa kamu nggak tanya siapa cewek yang ada di akun ini?" Tanya Anton yang seperti kebingungan.

Sekuat tenagaku untuk menahan tangis dan pura-pura tertawa. "Hahaha.. emang siapa?"

"Dia mantanku. Kita dulu pacaran selama empat tahun dan mau nikah tahun ini. Tapi tiba-tiba dia mutusin aku karena cinlok ama temen kerjanya." Penjelasan dari Anton

"Terus kok masih ada dia di akun kamu?" Tanyaku

"Udah banyak yang aku relain buat dia dan buat lupain dia dalam sekejap itu nggak gampang. Bantuin aku Nisa, untuk dengerin keluh kesahku karena aku nggak tau kalau sedih mau curhat ke siapa." Penjelasan dari Anton

Maka dari itu aku berfikir bila Anton saat ini butuh teman. Aku mencoba mengerti karena aku pernah merasa sedih dan tidak memiliki teman cerita adalah hal yang menyusahkan untuk bangkit kembali. Maka ku mantapkan untuk hapus harapanku sebelumnya kepada Anton.

Namun semakin hari rasa itu malah tumbuh. Anton yang semakin romantis tidak dapat kuhindari. Topik komunikasi yang semakin melebar, hadiah kecil-kecil yang sering ia kirim ke alamat rumah dan aku pun seperti tidak kalah dari siapa pun. Setiap balasan pesan darinya seperti terselip komitmen untuk kami berdua, sayangnya itu tidak dijelaskan secara pasti. Aku tidak berani bertanya, karena menurutku ini terlalu cepat karena baru satu bulan kami berkenalan.

Namun suatu hari Anton tampak sedih dan sering mengabaikan pesanku. Aku gelisah dan mulai bertanya saat ia merasa tenang.

"Kamu kok cuek banget sekarang, ada masalah ya?" Tanyaku kepada Anton

"Mantanku beberapa hari ini nelfonin aku. Tapi aku nggak angkat kok, cuman ini yang buat aku jadi balik lagi ke masa lalu." Penjelasan Anton yang seketika membuatku bersedih. Inilah yang buatku sangat sedih. Seolah saat ini dua cerita cinta masa laluku yang buruk bersatu.

Dulu aku pernah menjalin asmara hanya berjalan selama enam bulan karena ternyata aku hanyalah pelampiasannya. Dia Kembali lagi dengan mantannya setelah mereka sama-sama merasakan rindu Kembali. Selanjutnya aku pernah menjalin hubungan tanpa kepastian. Dan kurasa ceritaku bersama Anton mengingatkanku pada sakitnya masa laluku. Padahal sangat susah kuobati hati ini untuk beranikan membuka Kembali, namun masih sama saja.

Mungkin memang belum waktunya aku membuka hati lagi. Ku tetapkan untuk perlahan menjauhi Anton karena sakit yang dalam seperti dahulu tak ingin kualami lagi. Apakah aku menyesal? Tidak. Akan kujadikan pelajaran untuk cerita selanjutnya namun sejujurnya hal ini membuatku semakin tidak percaya cinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun