Menyoal rakaat sholat tarawih, saya tak pernah memusingkan sebelas atau dua tiga. Kalau masjid dekat rumah rakaatnya agak banyakan, saya ngikut. Kalau yang dekat kos sekarang, lebih sedikit rakaatnya, saya juga nggak masalah. Toh, yang terpenting sebelum tarawih, mereka sediakan takjilnya, hehe..
Tapi, pernah ketika saya magang di desa semasa kuliah dulu, saya merasakan betul sholat dua tiga rakaat namun serasa hanya sekejapan mata. Secara ringkas, perandaiannya seperti semua bacaan salat, dari surat Al Fatihah hingga kelanjutannya dibaca dalam satu nafas. Saya sendiri hampir bingung, ini ibadah atau olahraga. Yang lebih kasihan lagi adalah orang-orang tua yang ikut jamaah. Sang imam sudah mau sujud, eh si simbah baru selesai ruku'. Giliran eyangnya mau mengucap salam, pemimpin sholatnya sudah akan memulai rakaat baru lagi. Betul-betul dilema! Hal itu terlihat jelas sekali dari raut mukanya dan gerak bibirnya yang terengah-engah mengatur nafas serta suara.
Berbeda dengan para senior yang kelewahan menikmati ibadah sunnah bulan Ramadan, anak-anak di kampung tersebut justru sebaliknya, semangat mereka empat lima. Penyanyi-penyanyi paduan suara bisa dibilang kalah tangga nada. Apa soal? Mereka selalu mengucap amin dengan lantang, lagaknya pun sudah menyentuh oktaf tertinggi pula! Duh, dinding musala langsung bergetar dibuatnya.
Bahkan beberapa anak kecil selalu sigap menarik lengan orangtuanya untuk segera bangun dan berdiri menegakkan salat berikutnya. Yang menggemaskan, ada oknum-oknum krucil disana yang suka sekali berlari-lari, lalu saat Al Fatihah selesai dibaca, ia akan menengadahkan kepala di hadapan orang-orang dewasa dan sengaja mengucapkan amin sekencang-kencangnya.Â
Tak heran, kebiasaan para sesepuh tadi bila tarawih usai, mereka tanpa babibu langsung menyelonjorkan kaki, melakukan pijat pribadi, terus geleng-geleng kepala. Â
Untung saja, banyak dari orang tua di sana tidak mengeluhkan encok, hanya sekadar pening kepala karena hampir pecah gendang telinga, hahaha...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H