Sebaliknya, beliau malah yang mendorong istrinya untuk terus berkembang dan meraih pendidikan tinggi. Karena penasaran, saya pun bertanya apa resep mereka agar tetap harmonis di tengah asumsi publik bahwa perempuan pintar seringkali dicap egois dan cenderung melawan pada suami.Â
Kata beliau, dalam rumah tangga mereka menempatkan diri bukan sebagai lulusan S1 atau S3. Keduanya berposisi sebagai suami dan istri. Setinggi apapun pendidikan atau posisi istri di kantor, ketika kembali ke rumah, ya perempuan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai istri.Â
Satu lagi, komunikasi dan saling memahami juga menjadi kunci. Biduk rumah tangga akan harmonis bila kedua insan tahu porsinya masing-masing. Istri memahami pekerjaan suami, suami juga memahami apa yang dilakukan sang istri.Â
Ketika kerjasama ini berjalan sepadan dan beriringan, tentu kepintaran perempuan bukanlah hal yang perlu dirisaukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H