Lebih jauh, dengan tingkat pendidikan dan level ekonomi yang masih rendah, sepakbola menjadi sumber pelarian favorit untuk melupakan masalah hidup sehari-hari masyarakat kita. Meski begitu, tingkat kreativitas dan keriuhan yang mereka timbulkan di stadium perlu diacungi jempol.
Hal ini lah yang menjadi daya utama liga nasional, bahkan seorang pengamat dari Inggris, Anthony Sutton pernah mengungkapkan bahwa menonton liga 2 Indonesia jauh lebih mengasyikkan dibandingkan menonton laga internasional timnas Singapore melawan Argentina beberapa waktu lalu.Â
Bukan hanya karena permainan mereka yang monoton, supporter sepakbola Singapura yang super kalem berefek pada kurang gregetnya pertandingan. Dengan melihat opini ini saja seharusnya kita perlu bangga karena supporter Indonesia dianggap lebih dipandang di kancah global.
Tapi itu saja tidak cukup, pemberdayaan supporter harus lebih menyeluruh, tidak hanya melalui yel-yel penuh semangat untuk terus loyal pada klub tapi juga dari segi ekonomi dan pendidikan agar konflik dan permasalahan sejenis bisa diminimalisasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H