Sebagai solusi bila warung dibiarkan buka, diminta saja mereka untuk menutup dengan gorden atau kain penutup dari dalam, sehingga yang tidak berpuasa pun tidak perlu malu untuk makan dan yang sedang shaum pun masih terjaga pandangannya dari jajaran menu yang disajikan. Win-win solution ini tentu jauh lebih adil daripada memaksa penjaja makanan kehilangan sumber penghasilannya dan membiarkan orang-orang kelaparan jatuh sakit. Bukankah itu kemudian jatuhnya jadi dzalim? Padahal kita tahu islam adalah rahmatan lil alamin. Agama yang membawa kesejahteraan dan keberkahan bagi seluruh umat manusia, bukan hanya muslimin dan muslimat semata. Sehingga ibadah yang kita lakukan tidaklah kemudian menghalangi umat yang lain untuk mendapatkan hak-haknya. Â
Salah satu tujuan kita berpuasa adalah juga untuk memupuk tepa selira/toleransi orang lain, terutama kaum papa yang tiap harinya kesulitan mendapatkan sesuap nasi. Nah dari sini saja sudah jelas bahwa hakikat puasa sendiri adalah untuk menumbuhkembangkan simpati kepada orang lain, bukan untuk memaksa orang lain untuk menuruti egoisme kita. Oleh karena itu, yuk stop bermanja diri saat puasa! Buktikan bahwa iman kita jauh lebih kuat dibandingkan aroma harum masakan warung tetangga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H