Mohon tunggu...
Hasna A Fadhilah
Hasna A Fadhilah Mohon Tunggu... Administrasi - Tim rebahan

Saya (moody) writer. Disini untuk menuangkan unek-unek biar otak tidak lagi sumpek.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati "Homemade Food" ala Norwich

6 Maret 2018   16:50 Diperbarui: 6 Maret 2018   17:09 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua menu yang tadi disebutkan hanya memakan waktu sekitar setengah jam. Untuk pie sayur apalagi, yang saya kira paling ribet, eh ternyata mudah sekali. Siapkan saja kulit pie jadi dari supermarket dan masukkan sayuran yang kita suka, kali ini kami memasukkan: jamur, tomat, dan selada hijau. Setelah ditata di atas kulit pie, tuang hasil kocokan dua atau tiga telur yang telah ditambah dengan garam plus lada. Bila semuanya sudah beres, tinggal dimasukkan ke dalam oven deh. Waktu masaknya pun cukup cepat, hanya sekitar dua puluh menit.

Usai menutup pintu oven, kami masih memiliki pe-er yang belum selesai: apple crumble. Sama seperti pie sayur yang praktis, apple crumble pun setali tiga uang. Terlihat kompleks, tapi ternyata bahan-bahannya tinggal dimasukkan satu per satu saja, lalu dimasukkan loyang. Untuk kali ini, bahkan Mary sudah menyiapkan potongan apel yang ia masukkan ke dalam kaleng. 

Jadi kami hanya perlu membuat crumble-nya yang terbuat dari tepung, gula, mentega, dan bubuk kayu manis atau cinnamon. Tidak lama setelah adonannya jadi, crumble ini pun ditutupkan di atas kotak-kotak apel. Yumm.. melihatnya saja sudah bikin saya meneteskan air liur! Tak sabar rasanya menyendok potongan dessert yang menggoda iman ini.

Disamping waktu persiapan yang super cepat, hal menarik lain adalah usaha keras Mary untuk mempersiapkan menu yang bisa saya santap dengan nikmat tanpa harus melanggar hak privasi saya sebagai seorang muslim. Melihat upayanya, saya jadi terharu sendiri. Kalau selama ini saya lebih sering mengalah dan menjadi picky eaterketika makan bersama dengan teman-teman di kampus. Untuk sekarang, yang terjadi adalah sebaliknya. Dihadapkan dengan makanan lezat, tanpa harus pikir panjang dua kali di negeri Ratu Elizabeth adalah anugerah yang tidak terkira. Sesuatu hal yang mungkin jarang saya syukuri ketika masih menetap di Indonesia, dimana mencari makanan halal itu gampangnya seujung kuku: mudah sekali dan dimana-mana ada.

Tidak lagi ba-bi-bu, usai pie dipotong menjadi empat bagian saya langsung makan pantry sehat itu dengan lahap. Tak ada lagi kata malu ketika Mary kembali menyodorkan loyang, pertanda menyuruh saya untuk masuk ronde kedua, "it is so yummy," komentar saya penuh suka cita ketika pasangan senior ini menanyakan bagaimana rasanya. Tidak lama kemudian, ia beranjak lagi ke dapur dan meninggalkan kami bertiga di meja makan. Sembari menunggu Mary kembali, David membawakan kami album foto berukuran besar dan dibukakanlah lembar demi lembar itu di hadapan kami. "I went to Komodo Island last year."

Woww! Kumpulan foto dan diarinya sudah berumur puluhan tahun. Bahkan buku saku traveling pertamanya hingga sekarang masih tersimpan rapi. Bayangkan saja, dia sudah berpetualang ke seratusan negara! Selain telah berkesempatan mengunjungi Indonesia tahun lalu, di usia yang menginjak kepala tujuh, ia ternyata masih memiliki rencana untuk menjelajah beberapa negara lain tahun depan. Dan kerennya, spiritnya tidak kalah dengan rombongan anak muda yang selalu ia jumpa di tengah perjalanan.

Berbeda dengan David, sang penjelajah. Mary justru memiliki karakter yang berbanding terbalik: ia adalah pribadi introvert dan lebih suka bersantai di rumah. Selain merawat kebun dan gemar menyulam, Mary lah yang dominan melakukan pekerjaan rumah tangga dari mencuci hingga memasak. "But he helps a lot, though sometimes he does not care what I have done," curhat Mary sembari melirik suaminya yang hanya bisa meringis. Melihat pasangan senior ini saya langsung jadi iri, marriage goals banget nggak sih? Bukan hanya bahagia ketika meraih kesuksesan bersama, tapi suka cita pun tetap dirasa bahkan saat memiliki opini yang berbeda.

Belum puas saya belajar nilai-nilai kehidupan dari mereka, hari untuk pulang telah datang. Meski kunjungan saya terasa singkat, namun banyak sekali hal yang saya dapat: dari makanan enak plus sehat, sampai nasihat kehidupan yang berharga. Bahkan dari mereka, saya pun kembali menemukan semangat untuk merampungkan tesis dan bersegera menyiapkan koper untuk petualangan selanjutnya.

#AyoKeUK #WTGB #OMGB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun