Angin sejuk di pagi hari membuatku enggan menyapa
Rasa sakit karena penyakit telah mengelilingi tenggorokan hingga rusuk
Suara jeritan menghantam hati hingga jantung dan paru-paru
Kepala dan telinga pun ikut berdenyut menyeru dengan rasa sendu
Ini bukan mimpi, melainkan kenyataan yang kau buat sendiri dengan begitu
Embun pagi masih membekas di sela-sela jendela ruangan
Ada rasa lapar walau lidah terasa tidak ingin makan
Tetapi perut tidak bisa diajak bicara walaupun telah berkata "nanti dulu"
Aku ambilkan beberapa helai roti dan telur, lalu menyantapnya secara perlahan
Lagi-lagi kritikan tak membangun telah melenyapkan rasa nafsu makanku
Tiada yang salah dan tiada pula yang benar di dunia ini
Jika tidak ada yang mengerti, maka lenyaplah semua rasa kasih
Egois dan tinggi hatilah yang akan melupakan cara memberikan kata-kata nan indah
Kata-kata nan indah yang membuat penyakit di hati nan perih hilang tiada dimintai
Kau, aku, mereka, dan dia bukanlah Tuhan yang patut berbangga diri setelah menusuk duri
Perusak suasana selalu ada dimana dan kemana kaki ini melangkah pergi
Jika boleh memilih, ingin rasanya tidak diturunkan di dunia ini
Bahkan jika boleh meminta, ingin rasanya tidak tahu apa itu dunia dan alam semesta
Ini memang titipan illahi, tetapi jika perusak suasana selalu menghalangi
Apakah bisa meminta untuk keluar dari dunia sungkar berdamai ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H