Mohon tunggu...
Sischa Ardiati
Sischa Ardiati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Perusak Suasana

3 Oktober 2017   17:14 Diperbarui: 3 Oktober 2017   17:45 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Angin sejuk di pagi hari membuatku enggan menyapa

Rasa sakit karena penyakit telah mengelilingi tenggorokan hingga rusuk

Suara jeritan menghantam hati hingga jantung dan paru-paru

Kepala dan telinga pun ikut berdenyut menyeru dengan rasa sendu

Ini bukan mimpi, melainkan kenyataan yang kau buat sendiri dengan begitu

Embun pagi masih membekas di sela-sela jendela ruangan

Ada rasa lapar walau lidah terasa tidak ingin makan

Tetapi perut tidak bisa diajak bicara walaupun telah berkata "nanti dulu"

Aku ambilkan beberapa helai roti dan telur, lalu menyantapnya secara perlahan

Lagi-lagi kritikan tak membangun telah melenyapkan rasa nafsu makanku

Tiada yang salah dan tiada pula yang benar di dunia ini

Jika tidak ada yang mengerti, maka lenyaplah semua rasa kasih

Egois dan tinggi hatilah yang akan melupakan cara memberikan kata-kata nan indah

Kata-kata nan indah yang membuat penyakit di hati nan perih hilang tiada dimintai

Kau, aku, mereka, dan dia bukanlah Tuhan yang patut berbangga diri setelah menusuk duri

Perusak suasana selalu ada dimana dan kemana kaki ini melangkah pergi

Jika boleh memilih, ingin rasanya tidak diturunkan di dunia ini

Bahkan jika boleh meminta, ingin rasanya tidak tahu apa itu dunia dan alam semesta

Ini memang titipan illahi, tetapi jika perusak suasana selalu menghalangi

Apakah bisa meminta untuk keluar dari dunia sungkar berdamai ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun