Sehubungan dengan pandemi Covid-19, maka kebersamaan dengan teman-teman sekolah dalam rangka Imlek yang biasanya dilaksanakan setiap tahun ditiadakan.
Oleh sebab itu, Winny Lu, temanku yang berprofesi sebagai Senior Konselor di Singapura, memprakarsai untuk mengadakan reuni secara daring lewat zoom. Tujuannya untuk memberikan sharing terkait cara menghadapi krisis di masa yang sulit ini.
Itulah arti persahabatan yang sesungguhnya. Bahwa persahabatan harus bisa menambah arti dalam kehidupan, bukan hanya dalam suka tapi juga dalam duka dan bahwa kita tidak sendiri dalam menjalani situasi sulit ini.
Dalam kata sambutannya di undangan yang disebarkannya, Winny Lu menuliskan bahwa Heraclitus, seorang Philosopher Yunani mengatakan "Change is the only constant in life” artinya “Satu hal yang tidak pernah berubah adalah PERUBAHAN”. Bukan saja umur kita berubah, jiwa raga kita juga berubah. Dalam mengalami perubahan hidup di berbagai segi kehidupan baik pribadi, bisnis dan keluarga, bagaimana kita menghadapinya?
Saya coba merangkum apa yang saya dapat dari penjelasannya di zooming Reuni BL89, 14 Februari 2021.
Dulu IQ (kecerdasan Intelektual) & EQ (kecerdasan emosi) yang tinggi dianggap sebagai penentu keberhasilan seseorang. Tetapi ada faktor yang lebih menentukan keberhasilan seseorang, yaitu faktor AQ (Adversity Quotient) yang mulai ditulis oleh Paul G Stolz, seorang Organization Psychologist sejak tahun 1997, pada saat krisis ekonomi yang mulai terjadi di Asia dan akhirnya merambat ke seluruh dunia.
AQ adalah kemampuan / kecerdasan seseorang untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan- kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
![Ilustrasi orang berselancar. Kalau jatuh bangun lagi. Semakin berpengalaman semakin tidak takut jatuh. Itulah hidup. Sumber gambar: kompas.com (Dok. Rip Curl)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/02/15/selancar-602a0e0dd541df44b73f4033.jpg?t=o&v=770)
- Tingkat Quitters ( orang yang menyerah sebelum berjuang)
Quitters adalah orang yang paling lemah AQ nya. Ketika ia menghadapi masalah ia langsung berhenti dan menyerah.
- Tingkat Campers ( orang yang berkemah )
Orang yang memiliki tingkat Campers memiliki AQ sedang. Ia merasa cukup dan puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak ingin lebih maju. Ibarat naik gunung, sampai pertengahan melihat sedikit pemandangan indah, mereka sudah cukup puas dan stop di level tengah.
-Tingkat Climbers ( orang yang mendaki sampai puncak )
Climbers adalah orang yang ber-AQ tinggi dengan kemampuan dan kecerdasan yang tinggi untuk dapat bertahan menghadapi kesulitan dan mampu mengatasi tantangan hidup.
Pada saat seseorang sudah bisa mencapai tingkat “Climbers” maka dia pasti bisa untuk membantu orang lain juga.
Apa sih yang benar-benar kita butuhkan dalam hidup?
Kami disuruh untuk mengambil benda-benda yang ada disekitar kami dengan satu tangan. Berapa banyak barang yang bisa diambil dengan satu tangan? Tentu tidak banyak. Hal ini menyadarkan kita bahwa untuk bisa mendapatkan sesuatu yang benar-benar kita perlukan, maka kita perlu untuk melepaskan barang-barang yang tidak kita butuhkan.
Supaya kita bisa bisa mendapatkan kebahagiaan (kesuksesan) atau dengan kata lain supaya kita bisa mengatasi krisis yang kita hadapi, maka kita harus bisa :
Letting go (melepaskan)
Apa sih yang harus kita lepaskan?
- Cerita-cerita masa lalu yang tidak menyenangkan termasuk pengalaman-pengalaman negatif dalam hidup.
Setiap dari kita pasti punya masa lalu. Ada yang masa lalunya begitu membahagiakan, tetapi ada yang punya masa lalu yang tidak membahagiakan.
Masa lalu yang membahagiakan tentu tidak salah kita jadikan kenangan. Tetapi untuk masa lalu yang tidak membahagiakan, sebaiknya harus kita lepaskan. Tidak ada gunanya menyimpan masa lalu yang buruk karena hal tersebut akan menghambat kita untuk menggapai masa depan yang lebih baik.
Masa lalu biarlah berlalu. Lepaskanlah kepahitan masa lalu tersebut supaya kita bisa bebas untuk melangkah maju menggapai masa depan yang cerah di hadapan kita.
- Emosi negatif.
Emosi negatif tidak akan membuat kita maju dan bahagia. Jadi ubahlah pola pikir kita. Berpikirlah positif senantiasa.
Seperti yang sering dituliskan oleh pak Tjip, “You Are What You Think”, maka apa yang terjadi dalam hidup kita adalah sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
Ubahlah pola pikir kita ke pola pikir positif. Jika kita mampu berpikir positif dan berusaha maju dengan bekerja keras, niscaya kebahagiaan dan kesuksesan akan bisa dicapai.
- Barang-barang yang tidak kita perlukan.
Sebagai manusia kita punya banyak keinginan padahal yang kita perlukan hanya sedikit. Akibat banyaknya keinginan tersebut, sehingga apabila tidak terpenuhi kita akan merasa kecewa & tidak bahagia.
Untuk itu kita hanya perlu untuk melepaskan barang-barang yang tidak kita perlukan. Prioritas hanya untuk barang-barang yang benar-benar kita butuhkan, bukan yang kita inginkan.
- Kesibukan.
Sering kali kita terlalu disibukkan oleh pekerjaan sehingga kita mengabaikan keluarga & orang-orang terdekat kita.
Usahakan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kehidupan pribadi. Jangan sampai akhirnya kita menyesal karena telah melewati banyak hal yang tidak sempat kita lakukan akibat disibukkan oleh pekerjaan.
Kita harus bisa menyayangi diri kita sendiri
Apabila ada teman yang sedang berduka, biasanya kita memberikan nasihat dan menghibur agar mereka melepaskan rasa sedih tersebut. Namun, apakah juga berlaku untuk diri sendiri pada saat kita mengalami kesulitan?
Hal ini juga berlaku bagi diri kita sendiri. Kita harus bisa melepaskan rasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri apabila mengalami suatu kegagalan baik dalam usaha ataupun hubungan dengan orang lain.
Kita perlu memaafkan diri sendiri supaya kita bisa menggapai kebahagiaan dan tidak terkukung oleh rasa bersalah yang berlebihan. Kita berhak untuk berbahagia. Jadi jangan lupa untuk menyayangi diri kita sendiri.
Yang terpenting ada keseimbangan antara menyadari kekurangan dan mengasihi diri sendiri.
Menetapkan prioritas utama untuk mencapai kebahagiaan
Setiap dari kita tentu ingin mencapai kesuksesan. Kadang apa yang kita capai jauh dari yang kita targetkan. Hal ini membuat kita terpuruk dan tidak bahagia.
Tentu saja bagus punya cita-cita tinggi, seperti peribahasa yang sering kita dengar “ Gantungkan cita-citamu setinggi langit”, karena kalau tidak ada cita-cita tentu kita akan jalan di tempat, tidak ada daya juang dan tidak berusaha.
Tetapi kita juga harus sadar akan potensi dan kemampuan kita. Berjuanglah sesuai dengan kemampuan dan potensi yang kita miliki. Jangan bandingkan dengan orang lain karena setiap orang punya potensi dan kemampuannya masing-masing.
Senantiasa bersyukur atas apa yang kita miliki akan membuat kita bahagia. Dan yang pasti selalu percayakan semua yang kita lakukan dan yang akan kita gapai ke dalam tanganNya.
Hidup dalam KESEDERHANAAN
Untuk bahagia tidak butuh uang banyak. Apa yang membuat kita “bahagia”? Kadang melihat langit yang biru, mencium aroma air laut (ini gue banget 😊) , menghabiskan waktu bersama keluarga, makan makanan yang disukai, dan lain-lain, itu juga suatu kebahagiaan yang tidak sulit untuk dicapai.
Di sini saya mengucapkan terima kasih untuk Winny Lu atas inspirasinya. Inilah sisi positif dari pandemi Covid-19. Akibat pandemi Covid-19, kemajuan teknologi jadi makin terasa manfaatnya.
Tidak lupa terima kasih untuk teman-teman BL89 yang telah meluangkan waktu untuk berkumpul via zoom. Kalian semua adalah sahabat masa kecil, masa dimana semua orang ingin kembali ke masa tersebut.
Akhir kata, saya ucapkan untuk semua yang merayakan:
“Gong Xi Fa Cai” & “Happy Valentine Day”
Serpong, 15 Februari 2021
Salam,
Rosmani
Ditulis oleh Rosmani Huang & Winny Lu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI