Begitu masuk ke rumahnya sehabis pulang kantor, Rini mendapati seisi rumahnya berantakan. Piring-piring kotor berserakan di meja makan maupun di tempat cucian.Â
Baju-baju kotor tergeletak di lantai, tidak diletakkan di tempat yang semestinya. Dan dilihatnya suaminya, Rendi, sedang asyik bermain game.
Rini menghela nafas. Situasi ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi dirinya. Pulang ke kantor bukannya bisa istirahat, malah harus membereskan seisi rumah lagi. Rendi sama sekali tidak mau membantunya membereskan isi rumah.Â
Jangankan membantu, malah justru dia yang selalu meletakkan segala sesuatu tidak pada tempatnya. Kerjanya hanya main game, tidak berusaha untuk mencari pekerjaan lagi setelah di PHK.
Rini menikah dengan Rendi karena tidak tahan ditanya teman maupun keluarga besar kapan menikah. Ada perasaan tidak nyaman pada saat ditanya kapan menikah, seakan-akan dirinya sungguh menyedihkan karena tidak mempunyai pasangan.Â
Untuk menghindari pertanyaan serupa akhirnya pada saat dikenalkan ke Rendi, Rini pun menerimanya dan mengiyakan untuk melangkah ke jenjang pernikahan walaupun baru mengenal Rendi selama 3 bulan.
Akibat menghindari status jomlo, yang kesannya menyedihkan, Rini harus menerima akibat dari keputusannya tersebut, yaitu ketidakbahagiaannya sepanjang hidupnya.
Idealnya manusia diciptakan berpasangan. Tetapi seandainya tidak menemukan pasangan yang didambakan, maka pilihan untuk menjadi jomlo tidak ada salahnya. Jangan menikah hanya agar tidak terlihat menyedihkan dan dikejar umur.
Menjadi jomlo tidak menakutkan dan menyedihkan seperti yang terlihat. Walaupun dalam kenyataannya banyak yang lebih baik menjalani kebersamaan dengan orang yang salah daripada melajang. Padahal banyak sisi positif dari melajang.
     Apa sih sisi positif dari melajang?
- Banyak waktu untuk diri sendiri.
  Dengan hidup sendiri maka kita bebas untuk melakukan apapun aktivitas yang kita sukai:
Kita bebas untuk bepergian ke tempat-tempat yang kita sukai tanpa perlu merasa bersalah kapan pun dan dengan siapa pun yang kita sukai.
Kita bisa lebih memperhatikan diri sendiri dengan melakukan perawatan diri kapanpun kita bisa.
Kita lebih punya waktu untuk kumpul-kumpul dengan teman-teman tanpa perlu memikirkan urusan rumah tangga.
Kita bebas melakukan hobi yang kita sukai tanpa perlu ada batasan-batasan tertentu.
- Tidak gampang stress.
Karena hidup sendiri maka kita tidak perlu mencemaskan keadaan pasangan, kita hanya perlu bertanggung jawab atas diri sendiri. Tentunya ini menghindarkan kita dari stress dan membuat kita lebih berbahagia.
- Lebih berbahagia.
Pada dasarnya yang bisa membuat kita bahagia, adalah diri kita sendiri, bukan pasangan kita. Menikah mungkin bisa membuat kita bahagia, apabila memang pernikahan tersebut sehat. Seandainya pernikahan tersebut bermasalah, maka kebahagiaan tersebut akan sirna.
- Bisa merancang masa depan yang diinginkan.
Hidup sendiri membuat kita bisa merancang masa depan yang kita inginkan tanpa perlu debat panjang dan hanya perlu bekerja untuk merealisasikannya.
- Bisa bekerja sesuai passion.Â
Karena hidup sendiri maka kita tidak perlu mencemaskan beban rumah tangga sehingga kita bisa mencari pekerjaan yang sesuai dengan passion.
---
Jadi tidak perlu merasa minder dengan status jomlo karena jomlo itu juga pilihan, sama halnya menikah juga pilihan. Setiap orang berhak untuk memilih apa yang bisa membuatnya bahagia, karena hakekat hidup adalah berbahagia. Jadilah jomlo yang berbahagia.
Jangan seperti Rini yang memilih menikah agar tidak terlihat  menyedihkan yang akhirnya bukan kebahagiaan yang di dapat malah sebaliknya.
Bagaimana pendapat rekan kompasianer?
Serpong, 31 Oktober 2020
Salam,
Rosmani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H