Selepas sarapan di Hotel Padadita yang menunya lumayan bervariasi dan enak, kami pun bersiap-siap untuk perjalanan hari ke-4 di Sumba, 04 Mei 19.
Sebenarnya di Sumba Timur kami memilih untuk menginap di Hotel Padadita dari awal, hanya karena tanggal 02 Mei 19 Hotel Padadita sudah penuh, maka tanggal 02 Mei 19 kami menginap di Hotel Tanto dan 2 hari berikutnya menginap di Hotel Padadita.
Menurut saya ke-2 hotel itu "OK", sama-sama bersih, sama-sama kamarnya ber AC & water heater. Yang membedakannya hanya Hotel Padadita ada pantai di belakangnya. Tempat untuk makan luas, ada pemandangan pantai yang bisa dilihat.
Sedang tempat untuk makan di Hotel Tanto kecil, meja makannya di depan resepsionis. Dan plusnya di hotel Padadita kita bisa melihat sunrise di lantai 4 hotel.
wisata yang kami akan datangi hari ini adalah:
TempatBUKIT TANARARA
Sumba terkenal dengan banyaknya bukit-bukit yang indah dan instagramable. Salah satu Bukit yang wajib dikunjungi adalah BUKIT TANARARA. Bukit ini merupakan salah satu latar tempat film Marlina Si Pembunuh Dalam Empat Babak garapan sutradara Mouly Surya.
Bukit Tanarara tersusun dari deretan bukit-bukit yang dilapisi oleh hamparan rumput hijau. Sejauh mata memandang terlihat deretan bukit seperti saling sambung menyambung. Lekukan bukit-bukit tersebut membuat kita takjub & terpesona.
Panorama alam yang sangat menyegarkan mata. Tidak jauh dari tempat kami berdiri terlihat gerombolan kuda yang berkeliaran bebas dan asyik merumput.
Bukit Tanarara ini berada di Katiku Luku, Matawai La Pawu, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Tempatnya sangat "asri" dan merupakan tempat yang sangat instagramable. Terdapat banyak spot foto dengan latar perbukitan dan hamparan rumput hijau yang sangat indah untuk diambil. Bagi pencinta fotographer, merupakan tempat yang wajib untuk didatangi.
Kita bisa melihat sunset dan sunrise di Bukit Tanarara ini. Menurut saya sebaiknya kita datang ke Bukit Tanarara pada saat sore hari. Kami sampai di Bukit Tanarara pada pagi hari, karena tempatnya terbuka sehingga teriknya mentari sangat menyengat. Untungnya kebantu dengan angin yang lumayan kencang sehingga tidak gerah.
NTT.
Pantai Puru Kambera merupakan pengganti tempat wisata Air Terjung Waimairang yang kami batalkan akibat medan yang berat pada saat ke Air Terjun Tanggedu. Pantai Puru Kambera terletak di Desa Mondu, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur,Pada saat menuju ke Pantai Puru Kambera kita akan melewati savana Puru Kambera yang menawan mata. Pada saat mengambil foto di savana Puru Kambera, latar laut bisa keambil juga karena memang tempatnya tidak terlalu jauh.
Pada saat tiba di Pantai Puru Kambera, hanya segelintir orang yang ada di pantai tersebut. Bisa dihitung dengan jari. Tidak ada pondok yang bisa dijadikan tempat berteduh di sana. Tidak ada tempat penjualan apapun di sana.
Tidak ada ruang ganti. Benar-benar "steril" dari apa yang biasanya ada di pantai. Disepanjang pantai terlihat deretan pepohonan hijau yang bisa dijadikan tempat berteduh sebagai pengganti pondok yang tidak terdapat di sana.
Pantainya berpasir putih halus dengan air laut yang berwarna biru dipadu dengan langit biru dan awan putih....sungguh membuat saya bersemangat :) Tanpa mengubris teriknya matahari, langkah kakiku langsung menuju ke bibir pantai untuk mencelupkan kaki di air. Ombaknya relatif tenang dan tidak terlalu besar.
Sangat saya rekomendasikan untuk pencinta wisata air. Tempatnya sepi, jauh dari keriuhan pengunjung karena memang pengunjungnya bisa dihitung dengan tangan, cocok digunakan untuk bersantai membaca buku dan melepaskan diri dari kemumetan kota besar.
Bawalah tikar atau kain pantai sebagai alas untuk bersantai di sana. Karena tidak adanya pondok untuk berteduh, maka kita bisa memilih duduk dibawah pohon-pohon yang tumbuh di sekitar pantai tersebut. Bawalah bekal atau cemilan karena tidak adanya orang yang menjual makanan dan minuman di sana.
Setelah foto-foto sebentar di Pantai Puru Kambera, saya sebenarnya berniat untuk berenang di sana, tetapi sudah di suruh oleh mas Wawan, tour guide untuk menuju Pantai Walakiri. Terpaksa keinginan ini dibatalkan ☹️
PANTAI WALAKIRI
Pantai Walakiri bertempat di Desa Watumbaka, Kecamatan Pandawai, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Pantai ini merupakan tempat pembuatan film Pendekar Tongkat Emas yang diproduseri oleh Mira Lesmana.
Pantai Walakiri ini berbanding terbalik dengan pantai Puru Kambera. Pada saat tiba disini, suasana keramaian pantai ini sudah terasa. Terdapat banyak tempat penjualan makanan dan minuman di sini.
Dan yang pasti tempatnya ramai dengan pengunjung. Bahkan kami melihat pasangan yang kami temui waktu lagi foto pre-wedding di Bukit Wairinding ternyata juga lagi foto pre-wedding di pantai Walakiri ini.
Sepintas pantai Walakiri sama dengan pantai lainnya. Hamparan pasir putih dengan deretan pepohonan hijau di pinggirnya dipadu dengan birunya laut dan langit biru. Pohon kelapa yang dahannya seperti akan tercabut dari akarnya dapat dijadikan sebagai salah satu spot yang sangat indah.
Di satu sisi Pantai Walakiri ini terdapat deretan pohon bakau (mangrove) baik yang besar maupun yang "mini". Pohon bakau mini inilah yang merupakan ikon tempat ini. Gambar orang berpose dengan latar mangrove mini ini bertebaran di instagram. Pada saat matahari terbenam, perpaduan antara warna langit senja dan siluet pohon mangrove terlihat sungguh indah dan menarik.
Deretan mangrove mini ini diserbu oleh para pengunjung. Semuanya ingin mengabadikan keunikan dan keindahan ini sebagai kenangan yang tidak terlupakan. Memang merupakan spot foto yang sangat instagramable. Keunikan mangrove mini ini baru bisa kita nikmati pada saat laut surut. Apabila air pasang dan mangrove ini ketutup maka "kelebihan" ini akan "hilang" 😁
Pada saat kami sampai di Pantai Walakiri, air laut sedang surut. Kita bisa berjalan sampai jauh ke tepi pantai. Dan kita dapat merasakan dengan jelas perbedaan tekstur pasir antara pasir di tepi pantai dan pasir di area bekas laut yang surut.
Pasir di tepi pantai memiliki tekstur seperti pasir pantai pada umumnya sedangkan pasir di area bekas laut yang surut memiliki tekstur yang padat dan halus seperti bedak yang mana kaki kita tidak terbenam pada saat di injak.
Tertarik? Selamat pagi semua. Selamat beraktivitas.
Jakarta, 24 Mei 19
Salam,
Sisca Dewi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H