Di tengah padang Sabana berdiri sebuah rumah penduduk yang akhirnya kami pergunakan untuk melepas lelah sebentar pada saat balik dari Air Terjun Tanggedu.
Berjalanlah terus di padang Sabana tersebut sampai akhirnya kita melihat Plang yang bertuliskan "Air Terjun Tanggedu". Tapi eit....nanti dulu...jangan bersenang hati ya, karena itu bukan berarti perjalanan kita sudah selesai dan kita sudah sampai di air terjun Tanggedu😂
Dari plang yang bertuliskan "Air Terjun Tanggedu" kita masih harus berjalan beberapa saat lamanya dan kemudian menuruni jalanan berbatu yang terjal, sempit dan licin lagi. Berhati-hatilah melangkah.
Menurut saya medannya memang berat. Tetapi kalau dibandingkan dengan pendakian Wayag nya Raja Ampat, ini lebih enteng sedikit. Tetapi pernyataanku segera disanggah oleh temanku Vanessa & Indri. Menurut mereka medan ke Air Terjun Tanggedu lebih berat dibandingkan pendakian ke Wayag.
Medan yang sudah berat ini masih ditambah dengan teriknya matahari. Bisa dibayangkan seperti apa kami semua yang pasti terengah-engah karena di Jakarta saja tidak pernah berolah raga. Tetapi begitu sampai di Air Terjun Tanggedu, segala kecapekan yang kami rasakan sirna sudah.
Dihadapan kita terpampang panorama alam yang indah memukau. Kita dibuat takjub. Air Terjun Tanggedu ini dihiasi oleh formasi bebatuan yang begitu unik, alami dan indah. Dengan tebing-tebing batu yang tersusun sedemikian rupa. Sangat asri...pakai banget!
Suara gemericik air yang jatuh ke bawah dengan pemandangan perbukitan dan pohon yang tumbuh di sekitarnya, terasa menyegarkan dan membuat adem. Gabungan antara udara yang sangat bersih dan pemandangan yang menyegarkan mata membuat kita melupakan kepenatan yang ada. Suasana yang sunyi, jauh dari kebisingan kota, membuat kita betah untuk berlama-lama di sana.
Biarlah gambar yang berbicara untuk mendiskripsikan keindahan Air Terjun Tanggedu ini. Keasrian dan keindahan Air Terjun Tanggedu ini membuat kita menyadari betapa besar keagunganNya.