Tanggal 01 Mei 2019 dengan pesawat Batik Air kami berangkat dari Jakarta jam 07.20 WIB menuju Bali. Kami tiba di Bali sekitar jam 10.10 WITA. Â Sesampainya di Bali, rencananya kami akan naik Nam Air jam 14.10 WITA menuju Waikabubak yang prediksinya sampai di Waikabubak jam 15.00 WITA. Pada saat sampai di Bali, ternyata koperku dan temanku, Vanessa, tidak ada.Â
Segera kami menuju "Bagage Claim Center" yang ada di bandara. Setelah menandatangani form yang diajukan pak Hadi, dimana dijanjikan untuk di telp apabila sudah ada kabar mengenai koper kami, maka kami segera mencari tempat untuk makan siang, karena ternyata sudah hampir jam 12.00.
Pada saat lagi makan akhirnya saya mendapat kabar dari pak Hadi kalau koper kami diberangkatkan dengan pesawat berikutnya dan akan tiba tidak lama lagi. Begitu selesai makan, saya dan Vanessa segera menuju tempat pengambilan bagasi dan saya menyuruh 7 temanku yang lain agar cek in dulu karena jam sudah "mepet".
Begitu mendapatkan koper kembali, kami segera menuju tempat keberangkatan dan hendak cek in. Ternyata boarding time yang tercetak adalah 15.40. Saya sempat bingung, apa orangnya salah cetak, begitu ditanyakan ternyata pesawat delay.
Sebelum beralih ke Nam Air, sebenarnya kami membeli tiket Garuda untuk keberangkatan ke Tambolaka  jam 12.55 tetapi ternyata Garuda sudah membatalkan operasionalnya ke Tambolaka, akibatnya tempat wisata di hari pertama di Sumba Barat Daya, yaitu Desa Adat Ratenggaro, Pantai Bwana, Tanjung Mareha yang dijadwalkan akhirnya ditiadakan dan diganti dengan mengunjungi Bukit Lendongara yang perjalanannya dari bandara Tambolaka hanya sekitar 20 menitan.
Perjalanan menuju Bukit Lendongara cukup baik, sudah beraspal. Hanya pada saat mulai memasuki Bukit Lendongara, maka mobil berbelok ke kanan, melewati jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh 1 mobil dengan semak di kanan kirinya. Seandainya ada mobil lain dari arah berlawanan, maka mobilnya harus menepi ke semak yang ada di kanan kirinya.
"Waahhh,,,,bagus banget" atau "Gila....indah sekali" adalah sebagian kata-kata yang sempat terucap di bibir kami saat melihat keindahan bukit Lendongara. Saat kami tiba di bukit Lendongara waktu kurang lebih sudah mendekati jam 17.30 WITA. Keindahan Bukit Lendongara membuat kami melupakan drama sepanjang hari yang telah kami lalui untuk sampai di sana.
Ingin rasanya merebahkan diri di hamparan rumput tersebut. Tekstur Bukit Lendongara yang bergelombang menambah pesonanya. Bukit dan lembah yang berwarna hijau dan kecoklatan membuat kita menggagumi keagunganNya.Â
Karena kami sampai di sana sudah senja, hembusan angin sepoi-sepoi menambah nilai tambah. Benar-benar membuat kita betah untuk berlama-lama di sana. Saya sangat bersyukur bisa melihat keindahan Bukit Lendongara secara langsung.
Tidak ada tempat penjualan apapun di Bukit Lendongara. Tidak ada kendaraan umum juga. Tidak ada tempat berteduh (pondok) di sini. Pada saat kami tiba hanya ada 1 mobil yang ada di sana.Â