Tradisi ini masih dijalankan bagi yang masih tinggal dengan mertua, kecuali bagi yang tidak tinggal sama mertua, Â tradisi ini sudah tidak berlaku lagi. Karena adikku tinggal sama mertua, maka dia baru balik ke rumah di hari ke-2 Imlek.
Biasanya hari ke-3 merupakan hari istirahat setelah silahtuhrahmi selama 2 hari.Â
Dulu waktu papa masih jualan, maka kalau hari pertama Imlek tidak jualan maka hari ke-4 papa baru jualan kembali. Kalau mau buka toko di hari ke -2 maka hari pertama Imlek harus buka toko sebentar sebagai syarat. Tetapi tradisi ini sudah tidak berlaku bagi generasi muda sekarang.
Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, menjelang Imlek ada tradisi-tradisi yang harus dilakukan, yang mana tradisi-tradisi tersebut sudah mulai disederhanakan oleh generasi sekarang. Dapat di baca di sini.
Bagi yang beragama Kong Hu Chu maka hari Imlek yang paling meriah dan dinanti adalah hari ke-9 karena hari itu diyakini sebagai hari ulang tahun Dewa Langit (Thi Kong). Mereka sembahyang pada Raja Langit sebagai ungkapan syukur atas rejeki tahun lalu dan memohon kesehatan dan rejeki untuk tahun depannya.Â
Di hari ke-9 inilah pasti terdapat kue keranjang, mie ke (kue yang mengembang),buah, manisan, tebu dan mie sua. Semua makanan yang disajikan ini memiliki makna.
Kenapa menyajikan kue keranjang di hari ke-9 saat sembahyang Thi Kong? Karena kue keranjang bertekstur kenyal, lengket dan rasanya manis serta berbentuk bulat.Â
Bentuknya yang bulat mempunyai makna agar keluarga yang merayakan Imlek dapat terus bersatu, rukun dan berbulat tekad dalam menyongsong tahun yang baru.Â
Rasanya yang manis mempunyai makna agar  kehidupan ke depan dapat berjalan semanis mungkin.
Biasanya juga disajikan tebu. Tebu bercita rasa manis sehingga diharapkan kehidupan ke depan dapat senantiasa berjalan manis.