Mohon tunggu...
Sisca AnisatulMaghriroh
Sisca AnisatulMaghriroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Airlangga

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hustle Culture: Definisi dan Cara untuk Menghindarinya

20 Juni 2024   00:34 Diperbarui: 20 Juni 2024   00:37 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saya yakin setelah membaca judul diatas, di antara kalian masih ada yang bingung dan masih bertanya-tanya apa itu hustle culture. Pada dasarnya, hustle culture merupakan fenomena sosial dimana kesibukan dan produktivitas yang berlebihan dianggap sebagai hal yang lumrah.

Tuntutan sosial dan ekonomi menjadi salah satu penyebab maraknya budaya hustle culture. Seperti yang kita ketahui, kita hidup di era kapitalisme modern yang mengharuskan kita mencari uang agar bisa hidup nyaman. Alasan lainnya adalah saya yakin kalian sering mendengar para motivator berkata, “Do not stop when you are tired; stop when you are done” atau “Aku bekerja keras ketika kamu sedang tidur.” Oleh karena itu, kata-kata tersebut memengaruhi kita sebagai umat manusia untuk saling bersaing demi mencapai tujuan tersebut.

Masuk ke contohnya, contoh hustle culture bisa berupa perasaan bangga setelah kita terlalu memaksakan diri untuk selalu produktif. Lebih spesifiknya, misalnya saat kalian bangga karena selalu bekerja lembur dan tidak mengambil jatah cuti. Contoh lainnya, dalam kehidupan kampus, kalian pasti sering bertemu dengan mahasiswa yang mengikuti terlalu banyak organisasi, selalu sibuk, dan selalu terlihat kesulitan mengatur waktu. Namun, mereka sangat bangga setelah melalui hal itu. Ini juga merupakan salah satu contoh budaya hustle culture.

Lalu, apa dampak dari fenomena tersebut? Hal ini dapat mengakibatkan kondisi fisik dan mental seseorang menjadi terganggu, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pekerja yang menganut hustle culture cenderung berkomitmen hanya pada pekerjaan, jarang istirahat, kurang tidur, dan sering memotivasi diri untuk terus mengabaikan rasa sakit dengan terus bekerja. Kematian juga merupakan salah satu akibat dari budaya hustle culture. Jika ditelusuri, banyak pemberitaan di media yang menyebutkan seseorang meninggal karena terlalu banyak bekerja. Bahkan di Jepang, ada istilah ‘karoshi’ untuk menyebut kejadian ketika orang meninggal karena terlalu banyak bekerja.

Seperti yang sudah saya sebutkan di judul, selain pengertiannya saya juga akan membahas bagaimana cara mewaspadai atau menghindari hustle culture. Hal pertama yang dapat dilakukan adalah menetapkan batasan sejauh mana kalian menganggap diri kalian berada di tahap terlalu banyak bekerja. Namun tidak bisa dipungkiri, sebagai orang yang terbiasa melakukan hal ini, bisa saja kita melanggar batasan-batasan tersebut. Oleh karena itu, kalian perlu dan harus meningkatkan kesadaran diri bahwa melakukan hustle culture tidak ada gunanya jika yang kita dapatkan di akhir lebih banyak dampak negatifnya.

Kesimpulannya, hustle culture, yang mengagung-agungkan kesibukan dan kerja berlebihan, menjadi lebih umum karena dorongan kehidupan era kapitalisme modern dan pesan-pesan motivasi yang mengasosiasikan kesuksesan dengan cara bekerja secara berlebihan. Walaupun, mungkin terlihat baik untuk merasa bangga dengan hasil produktivitas yang berlebihan, fenomena ini mempunyai konsekuensi yang serius. Hal ini dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental, atau bahkan, dalam kasus ekstrim, menyebabkan kematian. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda bekerja secara berlebihan dan menetapkan batasan pribadi untuk melindungi diri kalian sendiri. Perlu diingat bahwa kesuksesan yang sebenarnya tidak harus mengorbankan kesehatan dan kehidupan kalian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun