Mohon tunggu...
Sisca Aprillia
Sisca Aprillia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sangat tertarik dengan topik seputar mental health

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Skizofrenia di Indonesia, Penyebab, Tantangan, Stigma, serta Dukungan yang Dapat Dilakukan

22 Oktober 2024   14:14 Diperbarui: 22 Oktober 2024   17:46 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu Skizofrenia?

Skizofrenia adalah gangguan mental yang serius yang menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan khayalan dan kenyataan. Skizofrenia menjadi salah satu penyakit yang sering disalahpahami oleh orang awam. 

Gejala utamanya dapat meliputi halusinasi (seperti mendengar suara yang tidak ada), delusi (keyakinan yang tidak realistis), dan gangguan pemikiran yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja hingga awal 30-an, tetapi juga dapat terjadi pada siapa saja.

Skizofrenia di Indonesia

 Menurut hasil dari Disability Adjusted Life Years, Indonesia menduduki peringkat nomor 1 pengidap skizofrenia terbanyak di dunia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan ada sekitar 450 ribu orang di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia. 

Prevalensinya meningkat dari tahun 2013 sebesar 1,7% per 1.000 penduduk menjadi 6,7% per 1.000 penduduk pada tahun 2018.

 DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia, yaitu 24,3%. Provinsi-provinsi lain yang memiliki jumlah penderita gangguan jiwa tinggi di Indonesia adalah Nagroe Aceh Darusalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), Nusa Tenggara Barat (10,9%), dan Sumatera Selatan (9,2%). Kebanyakan penderita skizofrenia di Indonesia berada di masyarakat daripada di rumah sakit.

Penyebab Tingginya Angka Penderita Skizofrenia di Indonesia

 Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialia Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Jakarta Erita Istriana mangatakan bahwa penyebab skizofrenia multifaktor dan tidak berdiri sendiri. 

Misalnya genetik, pola asuh saat kecil, kepribadian, manajemen stress ndividu yang buruk, lingkungan tempat tinggal yang toxic, kesenjangan ekonomi-sosial dimasyarakat, tuntutan pergaulan, gagal mencapai cita-cita, persaingan dalam dunia pendidikan dan kerja, KDRT, kedukaan, dan hal-hal traumatis dalam fase kehidupan yang belum terselesaikan. 

Tingginya angka skizofrenia di Indonesia menunjukkan bahwa makin bertambahnya beban dan tekanan yang berkembang dimasyarakat padahal kiat menghadapi gangguan mental sendiri belum optimal. Semakin telat deteksi dan penanganan skizofrenia, semakin lama pengobatannya bahkan bisa seumur hidup.

Stigma dan Tantangan Skizofrenia di Indonesia

 Di Indonesia, stigma terhadap gangguan mental masih sangat kuat. Banyak orang yang mendiskriminasi dan menganggap buruk penderita skizofrenia. Akibatnya, individu yang mengalami gangguan ini sering kali diabaikan, dikucilkan, atau bahkan dianggap berbahaya. 

Stigma buruk dan kurangnya edukasi tentang skizofrenia menghambat orang-orang untuk mencari bantuan atau bahkan enggan mengakui bahwa mereka mengalami masalah kesehatan mental, yang pada gilirannya dapat memperburuk kondisi mereka.

Pentingnya Kesadaran dan Peran Keluarga serta Masyarakat

 Meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang skizofrenia menjadi langkah awal yang sangat penting dalam menghapus stigma masyarakat. Hal ini dapat membantu orang memahami bahwa skizofrenia adalah kondisi medis yang memerlukan perawatan, sama seperti penyakit fisik lainnya serta menciptakan lingkungan yang lebih mendukung. 

Kampanye informasi, seminar, dan pelatihan untuk tenaga kesehatan dan masyarakat umum dapat menjadi kontribusi yang baik untuk menjembatani kesenjangan pengetahuan ini.

Menghadapi penderita skizofrenia memang bukan perjalanan yang mudah. Namun, dukungan dari keluarga, teman, dan profesional kesehatan mental sangat penting. Lingkungan yang mendukung juga dapat membantu individu merasa lebih aman dan termotivasi untuk menjalani perawatan.

Meskipun saat ini belum ada obat untuk menangani skizofrenia, tetapi ada pengobatan untuk mengurangi gejala atau mengendalikan pasien sehingga pasien dapat hidup pada orang umumnya. Pengobatan tersebut harus dilakukan secara terkontrol danrutin serta dalam jangka waktu seumur hidup. 

Pengobatan skizofrenia biasanya melibatkan kombinasi terapi obat seperti obat antipsikotik untuk mengelola gejala dan terapi psikososial. Terapi kognitif perilaku (CBT) dan dukungan orang sekitar juga dapat membantu individu untuk belajar mengelola gejala mereka serta berbagi pengalaman yang mereka hadapi.

Skizofrenia tidak dapat dicegah sepenuhnya karena dipicu oleh faktor genetik dan keseimbangan zat dalam otak. Upaya pencegahannya adalah dengan mendeteksi dan mengobatinya sejak dini sehingga perburukan dan kekambuhan penyakit ini dapat dicegah.

Kesimpulan

 Skizofrenia adalah gangguan mental yang kompleks dan sering disalahpahami, tetapi dengan pemahaman, dukungan, dan perawatan yang tepat, individu yang mengalaminya dapat menjalani hidup dengan lebih baik dan bermakna. 

Masyarakat perlu bersatu untuk mengedukasi diri sendiri dan menghapus stigma yang ada serta menciptakan lingkungan yang inklusif bagi mereka yang berjuang dengan kesehatan mental. 

Setiap langkah kecil dalam meningkatkan kesadaran akan membawa dampak besar bagi mereka. Mari kita tingkatkan kesadaran dan dukungan, sehingga tidak ada yang merasa sendirian dalam perjuangan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun