Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Horor

Kunti juga Perlu Healing

23 Desember 2024   11:50 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:54 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disclaimer: Kisah penampakan ini terjadi di siang bolong. Siapa bilang kunti nggak perlu healing? Nyatanya, kunti juga senang travelling naik angkot. Ia ingin berbaur dengan masyarakat alias Homo sapiens :P Kalau naik angkutan publik, jangan sembarang godain cewek, ya ... Siapa tahu yang digodain itu Miss Kunti. Hihihi!

               Sewaktu aku kecil hingga remaja, Mama senang membawaku ke desa-desa terpencil karena memang lingkup pekerjaannya harus mendatangi area terpencil. Oleh karena itu, tak heran jika kami berdua kadang-kadang bertemu hal mistis.

                Kisah ini terjadi pada siang hari di sebuah angkutan kota yang hendak menuju area Kota Sukabumi, Jawa Barat. Saat itu aku berusia 14 tahun. Di kendaraan umum tersebut, penumpangnya hanya tiga orang, yaitu Mama, aku, dan seorang perempuan berusia sekitar 30 tahun. Ia duduk berhadapan denganku dan Mama.

                Perempuan tersebut berpenampilan rapi dengan blus merah dan celana panjang hitam. Rambut hitamnya yang sebahu dibuntut kuda. Wajahnya tak terlampau cantik, tapi menarik. Kulitnya putih. Sebenarnya, agak ganjil melihatnya berkacamata hitam di dalam angkutan kota. Mungkin ia sedang sakit mata atau baru operasi mata, pikirku. Kemudian, aku mengalihkan pandang dari dirinya dan memperhatikan pemandangan sawah di luar jendela mobil van ini.

                Dengan mimik wajah tegang, Mama menyikut pinggangku dan berbisik, "Ayo berdoa dalam hati supaya terhindar dari kecelakaan."

                Perjalanan terasa lama sekali. Sudah 2 jam kami tak juga sampai ke tempat tujuan. Seharusnya, cukup 1 jam. Oleh karena itu, Pak Sopir terlihat gelisah. Sesekali ia melirik para penumpang kendaraannya dari kaca spion, terutama perempuan berkacamata hitam itu. Ia tak henti-hentinya mengusap bulir keringat di keningnya dengan handuk kecil yang dikalungkan di lehernya. Kemudian. ia menggerutu pada dirinya sendiri, "Aduh, mesin mobil ini begitu lambat hari ini." 

                Tepat di atas tanjakan, perempuan tersebut mengetuk jendela kendaraan sebagai pertanda ia ingin turun. Baru setelah ia turun, wajah Mama terlihat rileks. Kemudian Mama berkata, "Perempuan yang turun tadi itu penjelmaan kunti. Sewaktu awal perjalanan, kendaraan ini direm dan terguncang sehingga kacamatanya agak melorot turun. Saat itu Mama melihat bahwa ia tidak memiliki mata, hanya rongga hitam. Dan juga sewaktu ia hendak turun dan mengucapkan sesuatu pada Pak Sopir, ia tidak memiliki lidah."

                Mendengar kata-kata Mama tersebut, aku hanya tercengang. Padahal kaki perempuan tadi berpijak. Ia tidak transparan. Memang ia sangat pendiam. Biasanya, perempuan dari daerah Jawa Barat jika bertemu orang sedaerah pasti saling menyapa dengan ramah dan berbincang sepanjang perjalanan.

                Setelah perempuan misterius tersebut turun, angkutan kota ini meluncur dengan mulus. Tadinya kendaraan ini berjalan terseok-seok seperti menanggung beban hidup yang super berat. Kayak beban utang ke Bank Emok :P 

                Ah, ternyata kunti juga senang melakukan perjalanan dengan transportasi publik. Mungkin ia mengalami sakit rematik sehingga ia tidak terbang. Ia termasuk kunti yang efisien. Jika bisa santai melakukan perjalanan dengan angkutan kota, mengapa tidak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun