Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kearifan Lokal di Lereng Gunung Halimun Salak

12 November 2024   00:22 Diperbarui: 12 November 2024   18:28 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi.

Ada beberapa warga perempuan yang menggunakan bergo hitam dan cadar hitam panjang, tapi pelupuk matanya dihias indah dengan warna-warna mencolok.

Sementara para pria menggunakan baju koko polos dan sarung. Pokoknya, jika ada pengobatan alternatif, warga pasti meninggalkan segala aktivitasnya dan sibuk mengantri di tenda-tenda biru.

Sumber gambar: dokumen pribadi.
Sumber gambar: dokumen pribadi.

Hasil tani di area tersebut dijual dengan sistem borongan ke tengkulak yang datang. Petani di area ini tak memiliki fasilitas mobil kol buntung atau truk sehingga tak bisa mengangkut hasil panennya sendiri ke pasar terdekat, yaitu Pasar Caringin atau Cihideung, Kabupaten Bogor. Jika menyewa mobil kol buntung atau truk, terlampau mahal budgetnya. Sedangkan tak ada angkutan kota yang melintas.

Setelah petani menjual hasil taninya ke tengkulak, sisa hasil taninya barulah dijual ke warga sekitar dengan harga sangat murah karena rasa persaudaraan. 

Misalnya, 1 kg jagung kupas hanya 5 ribu Rupiah, 1 kg ketimun hanya 5 ribu Rupiah, 1 kg kacang panjang hanya 10 ribu Rupiah, atau 1 kg singkong hanya 3 ribu Rupiah.

Hasil taninya sangat enak dan manis. Berkat udara gunung, sayurannya terasa crunchy dan tak mudah layu. Tak hanya petani, tengkulak sayuran di area sini pun baik, warga boleh membeli sayur dengan harga murah.

Tak hanya ladang sayur, umbi, ataupun sawah, di sini pun beberapa warga memiliki kolam ikan nila walaupun tak besar dan kurang kompetitif skala bisnisnya untuk dijadikan mata pencaharian.

Sumber gambar: dokumen pribadi.
Sumber gambar: dokumen pribadi.

Ada kalimat lucu, tapi menandakan baiknya hati warga yang mengerti mata rantai makanan. "Tak apa ada anak ular di kolam ikan nila Ibu, nanti juga jika anak ularnya sudah kenyang makan anak-anak ikan, ia akan meninggalkan kolam ikan dan kembali ke lubang sarangnya."

Aku pun berpikir bagaimana jika suatu saat anak ular itu membesar dan membesar sebesar ular Anaconda dan menyantap habis semua ikan di kolam Bu Euis? Ternyata setahun kemudian, kolam ikan itu sudah penuh dengan ikan nila. Ular tak serakus yang kukira. Ia hanya menyantap anak ikan sesuai kebutuhan biologisnya. Maka patutlah kita manusia harus meneladani alam. Ambilah secukupnya dari alam demi keberlanjutan alam dan makhluk hidup penghuninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun