"Kok bisa? Irma kan sudah terperangkap dalam Jurnal Hantu. Mungkin kau lupa menyimpan Jurnal Hantu. Aku sering melihat kau menggeletakkan begitu saja Jurnal Hantu di ruang tamu atau dapur. Selalu aku yang memindahkannya ke tempat aman," sahut Tama.
    Aku menatap Ranko dengan pandangan menuduh. Ranko yang sensitif langsung bereaksi. Ia mengangkat kedua tangannya seolah-olah membuktikan ia tak menyembunyikan Jurnal Hantu-ku.
  "Kali ini aku tak mencuri Jurnal Hantu-mu," kata Ranko.
  Aku mengerutkan kening. Lalu, di mana Jurnal Hantu-ku? Aku menatap Tama dengan pandangan sejuta bintang permohonan. Tama malah melengos. Hantu kucing yang satu ini paling pandai mencari barang hilang.
***
  Pak Romi menatap Jurnal Hantu yang baru diserahkan oleh Tuyul Hitam. Ia membuka lembaran demi lembaran yang kosong. Ia memejamkan mata sembari merapal mantera. Tapi, tidak ada yang terjadi. Ia pun kembali merapal mantera. Tetap tidak ada yang terjadi.
"Kau yakin ini Jurnal Hantu yang asli? Bukunya kumal sekali seperti dipungut dari tong sampah," hardik Pak Romi.
"Yakin sekali, Tuan Majikan. Saya mengambilnya saat Ray meletakkannya di teras rumahnya," ujar Tuyul Hitam.
"Mengapa aku tidak merasakan aura mistis apa pun?"
"Saya kurang tahu, Tuan Majikan."
"Aneh sekali. Aku akan mempelajari Jurnal Hantu lebih lanjut. Kau boleh pergi. Lanjutkan penyelidikanmu!" Perintah Pak Romi sembari mengibaskan tangan.