"Ta...tapi kau pembunuh berantai. Aku akan menghentikan kejahatanmu," ucap Ranko.
"Membunuh? Aku tak pernah membunuh siapa pun," kataku heran. "Apa alasannya hingga kau berpikiran negatif padaku? Atau, kau kerasukan?"
"Jangan berdalih! Aku menemukan bukti kejahatanmu. Pisau, wig-wig dari rambut asli perempuan, dan foto-foto korban pembunuhan berantai serta foto-foto perempuan lainnya di dalam lemarimu. Suatu saat kau juga akan membunuhku," seru Ranko sembari terisak. "Sudahlah, Ray. Aku ingin menghentikan kegilaan ini. Dengan memberikan Jurnal Hantu, aku menghentikan ritual jahatmu yang mengorbankan perempuan-perempuan tak bersalah."
"Ah, Ranko sayang, kau sudah termakan hasutan hantu buruan kita. Itu hanya halusinasi yang diciptakan oleh kekuatan mistis. Manusia melihat apa yang hantu ingin perlihatkan. Aku tak pernah melihat barang-barang seperti itu dalam lemari Ray. Aku hantu kucing. Aku tak akan terpengaruh kekuatan mistis, kecuali jika kekuatan mistis itu sangat kuat. Seperti yang pernah kuberitahu, indigo sepertimu akan lebih mudah dipengaruhi," kata Tama.
"Bagaimana dengan Irma? Ray, bukankah kau mengenal Irma? Jika kalian memang sahabat, mengapa ia mendendam padamu hingga menuduhmu membunuhnya?" Tanya Ranko. Ia menunjuk Irma yang berada di hadapannya.
"Ray, kau memang membunuhku dengan keji. Padahal kita sahabat," ucap Irma. Wajah Irma yang berlumuran darah tampak begitu mengerikan.
"Irma, aku tak menyangka kau adalah hantu perempuan yang kami buru. Terakhir kita bertemu kan dua tahun yang lalu saat aku memesan topeng hitam. Setelah itu, kita tak pernah berkomunikasi lagi karena kau pindah rumah. Kau juga mengganti no handphonemu. Bagaimana mungkin aku membunuhmu?" Tanyaku. Ternyata hantu pun bisa berhalusinasi.
"Tapi kau pemilik Jurnal Hantu. Kau membunuhku 2 bulan yang lalu," tegas Irma. Rambutnya menjulur ke arah leher Ray seperti belitan akar hidup.
   Wajah Irma berkerut-kerut mengerikan. Aku hampir tak mengenalinya karena raut wajah hantu Irma sangat berbeda dengan raut wajahnya semasa hidup.
"Aku tak mengerti apa yang kau katakan. Mungkin kau keliru mengenali pembunuhmu. Siapa pun bisa salah," sahutku.
"TI...TIDAK! TAK MUNGKIN. AKU MELIHAT JELAS PEMBUNUHKU MENJATUHKAN BUKU BERJUDUL JURNAL HANTU SAAT AKU SEKARAT."