Tama, si kucing hantu, jengkel setengah mati. Ia baru saja mengunjungi makam Nona Missy, mantan majikan kesayangannya. Ada yang membuang sampah sembarangan di makam Nona Missy. Oleh karena itu, seharian Tama sibuk membersihkannya. Tama baru pulang jam 9 malam. Walaupun ia hantu kucing, ia merasa sangat lapar dan haus. Ia mendengus ketika melihat isi tudung saji yang kosong. Hanya ada tulang ikan. Sungguh terlalu. Keji benar kau, Ray. Tak menyisakan sepotong pun lauk untukku, pikir Tama.
"Ray, kau di mana? Aku lapar sekali," seru Tama. "RAY. AKU LAPAAAAR!"
Hening. Ke mana pergi Ray, si anak muda ceroboh itu? Mungkin Ray ada di rumah Ranko. Ah, benar. Lebih baik aku main ke rumah Ranko. Pasti Ranko akan menyuguhiku berbagai makanan enak. Dengan mood yang membaik, Tama pun bersiap-siap untuk pergi ke Rumah Ranko.
Tiba-tiba Tama menoleh curiga ke sudut kamar. Ia yakin beberapa detik yang lalu ia melihat kilatan mata hijau. Ia memicingkan mata. Tapi, ia tak mendeteksi adanya pengaruh ilmu hitam. Mungkin hanya perasaannya saja. Kemudian, ia pun berlalu.
Makhluk bermata hijau itu mendesah lega. Nyaris saja. Ia harus lebih berhati-hati.
***
Tama terkesiap. Apa yang terjadi? Ranko dan Ray sedang menggotong Tuan Kamizawa yang pingsan di dapur menuju ruang tamu. Pak Rangga yang duduk terikat di lantai ruang tamu tampak mengenaskan. Kepalanya benjol sebesar telur burung merpati. Kacamatanya pecah. Ia tampak pucat dan lunglai.
"Ranko, apa yang terjadi?" Tanya Tama.
Ranko tersenyum manis. "Aku dan Ray akan mengadakan ritual khusus untuk mengusir jin ular yang merasukiku. Dan kemudian, Â merasuki Ray. Sekarang jin ular itu merasuki Ayah dan Pak Rangga."
Tama terpana. Ia mengucek-ngucek kedua matanya yang kelabu dengan kaki depannya yang mungil. Tak bisa dipercaya.