Aku menyeringai. Ternyata Tama jatuh hati pada hantu kucing imut ini.
***
"Tam...Tama..." Bisikku. "Kita sudah mencari Farrel selama 5 jam di rumah seram ini. Tapi, tidak ada tanda-tandanya anak kecil itu maupun si kalong wewe."
"Aku yakin kalong wewe dan Farrel tinggal di sini. Aku bisa mencium keberadaan mereka sebelumnya di sini," kata Ismi. Dahinya berkerut. "Tidak mungkin salah."
Tama menyeringai. Ia menunjuk ke arah langit. Tapi, aku tak bisa melihat apa pun. Semuanya begitu pekat. Tama bersikeras agar aku memfokuskan pandangan pada satu titik. Aku terpana. Kalong wewe terbang mendekat! Ia terbang berputar di atas reruntuhan rumah ini. Kibasan sayap kalongnya menyebabkan angin besar yang membuat kami sulit berdiri tegak. Bahkan, Tama yang kuat pun kesusahan menjaga dirinya agar tidak terpelanting. Ismi berpegang erat pada ujung bawah celana panjangku. Good girl!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H