Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jurnal Hantu, Bab 2 - Mata Batin

16 September 2024   08:06 Diperbarui: 16 September 2024   08:15 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com.

Sudah seminggu Kakek dan Ibu berada di Singapura. Untunglah keadaan Kakek membaik, tapi Kakek cepat lelah sehingga aku tak bisa mengganggunya dengan sejuta pertanyaan yang berputar di otakku mengenai Jurnal Hantu.

Aku sangat kesal. Apakah kalian bisa membayangkan masalah apa yang ditimbulkan oleh buku kuno tak tahu diri ini? Ia menjerit. Bukan hanya menjerit, tapi ia melolong tepat jam 12 malam sehingga aku terbangun. Lolongannya luar biasa keras dan berlangsung selama 3 jam hingga tetangga pun datang menginterogasiku. Mereka mencurigaiku bahwa aku melakukan praktek ilmu hitam dengan menyiksa seorang gadis. Bahkan, membunuhnya. Sungguh khayalan yang fantastis, bukan? Terpaksa aku berbohong bahwa aku menonton film horor dan volume televisiku rusak.

Malam ini aku curiga Jurnal Hantu akan kembali menghantuiku. Tapi, aku sangat lelah hingga aku tak peduli apa pun yang akan terjadi.

AAARGH. Siksaan macam apa ini? Mata kiriku sangat sakit hingga aku bangkit dari tempat tidur dan menghampiri cermin.

Aku terkesiap karena mata kiriku berpendar-pendar seperti akan meledak.

AAARGH. Sakitnya serasa berada di neraka. Mata kiriku seperti terbakar.

Air. Aku perlu air untuk mendinginkan bara di mata kiriku. Ketika berjalan menuju kamar mandi, tanpa sengaja pinggulku menyenggol meja kecil hingga Jurnal Hantu pun jatuh ke lantai. Buku tersebut terbuka lebar. Anehnya, tiba-tiba bara di mata kiriku menghilang. Aku pun membaca tulisan yang tertera di sana.

PEKERJAAN PERTAMA
Nama klien : Pak Dira.
Alamat: Jl Sakura No. 5, Bogor.
Waktu bertemu: Besok jam 8 malam.
Hantu: Lampor.
Keahlian: Bunglon.

Waduh, belum apa-apa aku, si newbie pemburu hantu harus berhadapan dengan makhluk mistis yang terkenal kuat. Bukankah lampor itu selalu memakan korban?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun