Eun Hye berdiri mematung di atas bukit di Pulau Jeju. Ujung hanboknya yang berbordir benang perak melambai tertiup angin. Begitu pun pita merah muda cantik yang menghias kepang rambutnya. Pita antik itu merupakan warisan dari Halmeoni (neneknya). Â Ia memandang cakrawala dan berbisik pada dirinya sendiri, "Apakah kami akan tetap hidup dalam kedamaian? Bagaimana dengan keselamatan keluargaku? Aku tak bisa membenci Korea Utara karena Halmeoni merupakan imigran dari Korea Utara. Tapi, aku tak mau negaraku dikuasai Korea Utara yang diktator."
      Kekhawatiran Eun Hye beralasan. Korea Selatan menerapkan denuklirisasi sejak tahun 1970. Sementara Korea Utara mengembangkan senjata nuklir sejak tahun 1952 dengan mendirikan Atomic Research Institute yang merupakan program nuklir nasional. Kim Jong Un bersikeras untuk mengembangkan nuklir sehingga merupakan ancaman di Semenanjung Korea.
      Eun Hye teringat tentang kisah sedih sang Halmeoni. Handae, saranghaneun halmeoni-ga isseosseoyo (Ini tentang nenek tercinta).
      "Karena deretan perbukitan menyelang-nyelingi Semenanjung Korea, Korea dikenal oleh turis Eropa sebagai 'laut di tengah-tengah angin ribut.' Korea Utara didominasi oleh gunung dan dataran tinggi. Rangkaian pegunungan Baekdu Daegan sangat indah. Lembah-lembahnya sangat dalam dan sempit."
      "Halmeoni tinggal di gunung Baekdu?" Tanya Eun Hye yang baru berusia 7 tahun saat Halmeoni mengisahkan masa mudanya.
      "Tepatnya, Halmeoni tinggal di dataran tinggi Gaema. Rumah keluarga Halmeoni sangat sederhana. Saat musim panas, bunga-bunga mongnan (Korean mountain magnolia) bertebaran di lembah. Tertiup angin, kelopak bunga bergerak-gerak bagaikan tarian peri. Tapi..."
      "Tapi apa?"
      "Tapi, masa muda Halmeoni sangat sulit. Berkat menang perang melawan Uni Soviet, Jepang menguasai Korea sejak tahun 1905. Karena Jepang kalah Perang Dunia II pada tahun 1945, Korea pun dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian Utara diatur oleh Uni Soviet. Sementara bagian Selatan diatur oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1948 Kim Il Sung menjadi presiden pertama Republik Rakyat Demokratik Korea. Ia diktator proletariat yang menganut paham Stalinis. Halmeoni benci sistem chulsin songbun (asal usul keluarga) yang merupakan campuran unsur Konfusianisme tradisional Jepang dan komunisme."