"Kenyataan, Bu. Aku tidak mau anak kita menjadi tumbal pesugihan," tegas Pak Amir. Ia bangkit berdiri dan berjalan keluar kamar untuk mempersilakan Asep masuk.
Asep berdiri mematung di teras rumah. Wajah Asep terlihat pucat dan aneh diterangi sinar bulan purnama. Ia pun segera menghampiri Ranti yang napasnya sesak.
"Nak, Ranti kena serangan jantung. Mari kita bawa dulu Ranti ke IGD," pinta Pak Amir.
Asep mengangguk seperti robot. Ia membopong Ranti dan memasukkannya ke dalam mobil tuanya. Orangtua Ranti pun turut ikut ke rumah sakit.
Semalaman di IGD, Ranti terus saja mengigau dengan mata terpejam, "Aku takut...aku takut sekali. Setan hitam. Ada setan yang mengejarku. Aku lelah berlari."
    "Dok, bagaimana ini?" Tanya Bu Arin pada dr. Dian, dokter jaga saat itu. "Mengapa keadaan Ranti tak kunjung membaik?"
  "Maaf, Bu. Kami sudah berusaha yang terbaik. Sekarang tergantung daya tahan tubuh dan niat hidup sang pasien. Tidak ada yang tak mungkin. Kita doakan saja semoga ada keajaiban sehingga pasien sembuh seperti sediakala," jawab dr. Dian.
   Mendengar jawaban dr. Dian, Bu Arin tak kuasa menahan air matanya. Nasib Ranti, anak kesayangannya, berada di ujung tanduk. Pak Amir hanya duduk termangu sembari mengacak-acak rambutnya. Pak Amir tak percaya dalam sekejap keadaan Ranti memburuk. Padahal sebelumnya Ranti segar bugar. Itu semua karena Asep, menantu tak tahu diuntung itu. Jika tak memandang Ranti yang sangat mencintai Asep, Pak Amir pasti sudah melabrak Asep.
Bu Arin membelai dahi Ranti. Kemudian, ia membisikkan kalimat Syahadat di telinga kanan Ranti. Untungnya, Ranti diberi kesempatan untuk sadar sejenak dan mengulangi kalimat Syahadat tersebut. Akhirnya, menjelang subuh ia memejamkan mata dan tersenyum damai diiringi pecah tangis kedua orangtuanya. Sedangkan Asep hanya berdiam mematung di sisi Ranti. Wajah Asep sedingin dan sedatar patung-patung berhala. Ia hanya berpikir Ranti yang mendingin, tetap cantik seperti lukisan.
***
  Perasaan Asep telah mati. Ia tak peduli jika pesugihan yang ia lakukan memakan tumbal nyawa istrinya sendiri. Yang terpenting baginya ialah uang. Uang. Dan uang memang datang dengan mudah bagi Asep. Tiba-tiba ia diterima kerja sebagai staff pemasaran di real estate Nirvana. Kemudian, ia berhasil mempersunting Ivo, gadis cantik yang berusia 20 tahun lebih muda dari dirinya. Mertuanya pun cukup berada. Ia berhasil memiliki rumah dan mobil. Belum lengkap lagi kebahagiaannya, ia dikaruniai sepasang anak kembar yang imut.